Kabar Pangkalpinang

Akademisi Sebut Beralih ke Bioplastik yang Lebih Mudah Terurai

Sampah plastik mini seperti plastik sasetan, botol, dan gelas plastik memang membutuhkan waktu yang lama untuk terurai.

Editor: Rusaidah
istimewa/Dok. Monica Kharisma Swandi
Dosen Jurusan Biologi UBB/Kepala Laboratorium Biologi Monica Kharisma Swandi. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Sampah plastik mini seperti plastik sasetan, botol, dan gelas plastik memang membutuhkan waktu yang lama untuk terurai.

Biasanya sampah tersebut kebanyakan dari jenis plastik PP (polypropylene) atau dikenal dengan simbol plastik nomor 5.

Monica Kharisma Swandi menyebut, penguraian plastik PP terjadi secara fotodegradasi yakni menjadi rapuh dan terpecah-pecah bila terkena paparan ultraviolet dari sinar matahari, sehingga butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai.

Menurutnya, plastik jika digunakan secara terus-menerus dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun kesehatan.

"Bagi lingkungan, plastik dapat menimbulkan pencemaran, baik di tanah air, maupun udara. Di tanah plastik dapat mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah, menurunkan kesuburan tanah karena menghalangi sirkulasi udara dan ruang gerak makhluk hidup di dalam tanah," jelas Monica.

Kata Monica, plastik jika dibuang sembarangan ke sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai sehingga menyebabkan banjir.

Dan ketika plastik dibuang ke laut maka mengakibatkan hewan-hewan laut terjerat oleh sampah plastik dan seringkali termakan hingga akhirnya mati karena tidak dapat mencerna plastik tersebut.

"Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur dan dapat meracuni hewan lainnya. Plastik juga dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti BPA (bisphenol A) yang terkandung dalam mikroplastik. Ketika terakumulasi di dalam tubuh maka dapat memicu kanker. Selain itu, beberapa plastik juga mengandung halogen, yang ketika dibakar akan memproduksi dioksin dan dapat menyebabkan penyakit kanker, parkinson, hingga cacat saat lahir," tuturnya.

Dengan demikian menurutnya, jika penggunaan paper dinilai masih belum efektif, masih banyak yang dapat digunakan sebagai pengganti plastik.

"Ketika penggunaan canvas dianggap kurang efektif, maka kita bisa beralih dengan menggunakan bioplastik. Bioplastik akan mudah terurai oleh aktivitas mikroorganisme ketika dibuang ke tanah. Bioplastik terbuat dari sumber yang dapat diperbarui seperti pati singkong, pati jagung, dan pati kentang," ungkapnya.

Dia menyebut, terdapat empat jenis bioplastik yaitu bioplastik berbahan dasar pati, bioplastik berbahan dasar PLA (Poly Lactyt Acid), bioplastik berbahan dasar PHB (Poli-3-hidroksibutirat) dan bioplastik GM (Geneticaly modified).

Dia menegaskan, agar sampah plastik tidak menumpuk kian tahunnya, kita harus memiliki andil dalam mengelola pemakaian plastik.

"Plastik yang didaur ulang dengan tujuan penggunaan yang sama akan menimbulkan masalah karena dalam proses daur ulangnya terjadi pelepasan senyawa kimia yang terlandung di dalam plastik tersebut seperti senyawa BPA," tambahnya. (t3)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved