Pangkalpinang Masih Lockdown Ternak
Pemerintah Kota Pangkalpinang masih melarang pengiriman ternak dari dan keluar wilayahnya.
PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Pemerintah Kota Pangkalpinang masih melarang pengiriman ternak dari dan keluar wilayahnya.
Lockdown dinilai masih tepat diterapkan menyusul mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.
Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil, Rabu (8/6/2022), mengatakan, kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang dimulai sejak Mei 2022 tersebut masih berlaku.
"Kita masih menunggu kebijakan dari pusat, apakah boleh ini impor (sapi) dari lokal (luar daerah Bangka Belitung--red), maksudnya sapi ini ke kita ini sesuai kebutuhan. Tetapi sampai hari ini belum ada kepastian," kata Molen, sapaan akrab Maulan Aklil, Rabu (8/6/2022).
Ia menambahkan, perizinan pengiriman ternak antarprovinsi memang dikendalikan oleh pemerintah pusat.
Apalagi selama PMK mewabah, setiap daerah harus menerapkan karantina wilayah.
Akibatnya, ternak dari Jawa Timur dan Lampung tidak bisa dijual ke Pangkalpinang.
Menurut Molen, situasi tersebut memunculkan dampak ekonomi yang luar biasa bagi para peternak sapi di daerahnya.
Terlebih-lebih, menjelang Iduladha pada Juli nanti.
"Stok (sapi) kita masih kurang. Maka dari itu kita masih menunggu kebijakan dari pusat," ujar Molen.
Dia menyebutkan, saat ini harga sapi ukuran sedang di pasaran mencapai Rp25 juta per ekor.
Harga tersebut naik sekitar Rp7 juta dibanding tahun sebelumnya.
"Menurut saya naik sekarang saja sapi di tingkat itu sudah Rp25 juta, dahulu kan Rp18 juta. Apalagi nanti di Iduladha, sapi tidak ada orang yang mau berkurban banyak. Ini supply and demand tidak berimbang, saya rasa ini akan naik harganya," tutur Molen.
Ia juga mengatakan, dari ratusan sapi yang terserang PMK di Pangkalpinang beberapa waktu lalu, sebagiannya sudah sembuh setelah dirawat secara intensif.
Tinggal beberapa sapi saja yang masih dalam proses penyembuhan.
"Saya mendapat informasi dari dinas pertanian kita, sudah hampir berapa persen sudah sembuh. Tetapi ada satu dua yang masih mungkin belum sembuh total. Tingkat kematian pun sangat tipis sekali, nol sekian persen," ujar Molen. (u1)