Berita Bangka Selatan
Sebaran Wabah di Empat Kecamatan di Bangka Selatan, Sapi Lokal Tertular PMK
Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Bangka Selatan mencatat ada 105 sapi asal Lampung yang masuk ke wilayahnya terjangkit wabah PMK.
TOBOALI, BABEL NEWS - Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Bangka Selatan mencatat ada 105 sapi asal Lampung yang masuk ke wilayahnya terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Jumlah ini sudah menurun, setelah sebelumnya ada 81 sapi yang sembuh dari wabah tersebut.
Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Basel, Suhadi mengakui, sejumlah sapi ini padahal sudah menjalani proses karantina sebelum masuk ke wilayahnya. "Tetapi ketika sampai di sini hewan tersebut kena wabah PMK dan menularkan ke hewan sapi lokal," kata Suhadi, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (4/7).
Diakuinya, sapi yang terjangkit wabah PMK ini, tersebar di beberapa kecamatan di Basel. Di antaranya, di Kecamatan Toboali, Airgegas, Payung, dan Pulau Besar. "Hewan yang terkena wabah PMK ini kami anjurkan kepada pemiliknya untuk dikarantina, takutnya nanti kalau dibiarkan bisa menular ke yang lainnya, terutama sapi lokal," jelasnya.
Pihaknya mengaku, sudah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi wabah PMK ini. Yaitu penyuntikan antibiotik dan vitamin. "Sapi yang terinfeksi dilakukan penyuntikan antibiotik dan pemberian vitamin agar meningkatkan kekebalan tubuh," ucap Suhadi.
Menurutnya, belum ada temuan hewan ternak mati, pascatemuan kasus PMK di Basel ini. "Sapi yang terjangkit hanya menunjukkan gelaja ringan serta sudah mengarah kepemulihan, selanjutnya mengisolasi sapi yang positif PMK dan melaksanakan edukasi kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan kandang, terutama menyampaikan PMK tidak menular kepada manusia," jelasnya.
Suhadi menambahkan, pihaknya juga sudah melakukan pemeriksaan dan pengecekan surat kesehatan ternak. "Termasuk melakukan vaksinasi pada 100 sapi di Desa Fajar Indah, Kecamatan Pulau Besar dengan jenis vaksin yang digunakan Aptofor," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman juga memantau langsung proses penyuntikan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) yang dilakukan petugas Dinas Pertanian di salah satu peternakan di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Rabu (29/6). Diketahui, sejak beberapa hari lalu, para petugas dari Dinas Pertanian juga telah bergerilya menyuntik sapi-sapi ternak yang ada di kecamatan lainnya agar terhindar dari virus PMK ini.
Algafry juga turut memberikan arahan kepada para peternak akan pentingnya vaksin PMK. Ia memastikan, pihaknya terus mendorong percepatan vaksinasi kepada hewan ternak, agar terbebas dari PMK. "Semoga dengan adanya pemberian vaksin ini, kasus PMK di Bangka Tengah bisa ditekan dan sapi-sapi yang masih sakit bisa sembuh semuanya," ucap Algafry.
Koordinator Dokter Hewan Dinas Pertanian Bateng, drh Rahmawati mengatakan, hari ini pihaknya melakukan vaksinasi PMK di dua kecamatan, yakni Kecamatan Koba dan Kecamatan Sungaiselan. Adapun jumlah vaksin PMK yang diberikan sebanyak 200 dosis vaksin merek Aftopor.
"Sebelumnya kami sudah lakukan vaksinasi PMK di sejumlah peternakan yang ada di Kecamatan Lubuk Besar sebanyak 99 dosis. Hari ini kita suntik lagi dosis yang masih ada untuk peternakan yang ada di Kecamatan Koba dan Kecamatan Sungaiselan," ujar Rahma.
Diketahui, ada tiga kecamatan Kabupaten Bangka Tengah, yakni Koba, Lubuk Besar dan Sungaiselan belum atau hanya sedikit sapi yang terpapar PMK. "Jadi di Sungaiselan kemarin ada dua sapi yang terpapar PMK dan sudah sembuh serta tidak ada lagi penambahan kasus," jelasnya.
Menurut Rahma, pemberian vaksin ini memang diprioritaskan untuk sapi-sapi yang belum pernah terpapar PMK sesuai dengan anjuran dari pemerintah pusat berdasarkan penelitian yang ada. "Kalau sapi sudah kena PMK, maka dia akan menjadi carrier (pembawa-red) virus. Jadi walaupun sudah sembuh dari sakit, tapi virus PMK tersebut masih ada di dalam tubuh walaupun jumlahnya mungkin sedikit dan tidak berbahaya lagi," katanya.
Diakuinya, jika sapi yang pernah terpapar PMK diberikan vaksin, maka ada kemungkinan vaksin tersebut bisa menjadi pemicu virus PMK pada tubuh sapi aktif kembali. Maka dari itu, untuk sementara, pemberian vaksin tersebut diprioritaskan hanya kepada sapi-sapi yang belum pernah terpapar PMK.
"Mungkin ke depannya akan ada jenis vaksin yang direkomendasikan oleh pemerintah pusat supaya bisa diberikan kepada sapi-sapi yang sudah pernah terjangkit PMK," tambahnya. (v1/u2)