Kabar Belitung Timur

Film The Bell Hantu Penebok Angkat True Event Berita Pos Belitung

Film The Bell : Panggilan untuk Mati saat ini sudah memasuki hari keenam proses syuting di Belitung Timur, Minggu (1/9).

Editor: Rusaidah
Istimewa/Dok. Film The Beldoc
Sutradara Jay Sukmo (kedua dari kanan) dan kru saat setting lokasi Film The Bell : Panggilan untuk Mati di Bukit Samak. 

MANGGAR, BABEL NEWS - Film The Bell : Panggilan untuk Mati saat ini sudah memasuki hari keenam proses syuting di Belitung Timur, Minggu (1/9). Selama satu minggu terakhir film itu mengambil lokasi syuting di Bukit Samak dan Pantai Teropong.

Ditemui di lokasi syuting, Produser Film The Bell : Panggilan untuk Mati, Arismuda mengatakan, proses riset film ini salah satu inspirasinya diambil dari true event yang diangkat oleh Pos Belitung yaitu kejadian penemuan mayat tanpa kepala beberapa tahun terakhir di tepian pantai di Manggar, Belitung Timur.

Aris menuturkan, true event itu dikolaborasikan dengan urban legend setempat yaitu Penebok, yang mana hantu Penebok ini adalah hantu tanpa kepala yang dipercaya masyarakat Belitung sedang gentayangan mencari kepalanya hingga saat ini.

"Tim kita saat riset menemukan fakta tersebut (berita Pos Belitung). Jadi kita angkat ke layar lebar. Juga untuk mengenalkan hantu Penebok ke masyarakat Indonesia secara luas," kata Aris.

Aris sedikit menceritakan latar cerita film ini yakni tahun 1930. Pada saat itu ada noni Belanda yang terbunuh dan kepalanya dipotong ketika melawan saat sejumlah pihak mau membuka area tambang baru di dekat tempat tinggalnya. Karena itu, noni Belanda ini punya dendam dan menjadi hantu Penebok yang dikenal saat ini.

"Seiring ceritanya nanti ada drama dan romansa yang tercipta dengan warga lokal. Cerita lengkapnya nanti bisa disaksikan di bioskop," kata Aris sambil tertawa.

Dengan diangkatnya hantu Penebok ini ke film layar lebar, Aris ingin lingkaran hantu di Indonesia tidak hanya tentang pocong, kuntilanak, genderuwo tapi juga hantu-hantu lokal yang punya nilai budaya agar bisa dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Apalagi, lanjutnya, lokasi syuting saat ini yaitu Belitung Timur bukan tempat baru lagi bagi dunia perfilman Indonesia. Di sini pernah dijadikan tempat syuting film fenomenal Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan lainnya.

"Bukan tidak mungkin Belitung Timur dan Pulau Belitung secara keseluruhan menjadi studio alam bagi sineas perfilman nasional. Karena banyak potensi yang tersimpan di sini, mulai dari alam hingga masyarakatnya," kata Aris. 

Film ini diproduksi oleh Multi Buana Kreasindo (MBK) Productions, Sinemata Indonesia dan Radepa Studio dimana 100 persen lokasi syuting berada di Belitung Timur, seperti Bukit Samak, Pantai Teropong, Bendungan Pice hingga Pantai Punai.

Film ini disutradarai oleh Jay Sukmo serta dibintangi oleh aktor senior Mathias Muchus dan Septian Dwi Cahyo serta aktor dan aktris muda berbakat yaitu Safira Ratu Sofya, Bhisma Mulia, Shalom Razade dan Givina Lukita Dewi.

Diberitakan sebelumnya, Executive Producer MBK Production, Budi Yulianto yang merupakan putra asli Gantung Belitung Timur tertarik mengangkat kisah kampungnya supaya lebih dikenal masyarakat. 

Selain mengangkat tradisi dan urban legend setempat, film ini juga melibatkan sineas-sineas lokal yang sudah pernah terlibat di industri film sebelumnya.

Beberapa di antaranya adalah Zulfani Pasha pemeran Ikal kecil di Film Laskar Pelangi di film The Bell dia menjadi Asisten Sutradara I. Kemudian ada nama-nama seperti Jimbron, Kucai dan Rendy pemeran Arai di Film Sang Pemimpi juga terlibat dalam proses pembuatan Film The Bell.

"Kita ingin juga angkat talenta lokal yang potensial di industri perfilman Indonesia. Mereka bukan hanya sekali ini tapi sudah sering terlibat di proses produksi film," kata Budi.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved