Berita Bangka Barat

Jumlah Angkot di Bangka Barat Berkurang Tiap Tahun

Pemerintah Kabupaten Bangka Barat mencatat keberadaan angkutan kota dan angkutan desa di wilayahnya semakin menurun setiap tahunnya.

Bangkapos/Riki
Kepala Bidang (Kabid) Perhubungan Disperkimhub Kabupaten Bangka Barat, Juswardi. 

MENTOK, BABEL NEWS - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat mencatat keberadaan angkutan kota dan angkutan desa di wilayahnya semakin menurun setiap tahunnya. Hal  ini disebabkan, karena semakin banyaknya kendaraan pribadi yang dimiliki masyarakat.

Kepala Bidang Perhubungan Disperkimhub Kabupaten Bangka Barat, Juswardi mengatakan, sejak Kabupaten Bangka Barat berdiri angkutan kota dan angkutan desa menjadi andalan transportasi masyarakat. Namun, dengan terus berkembangnya zaman dan banyak kendaraan pribadi membuat angkutan perlahan menepi dan semakin sedikit jumlahnya.

"Untuk angkutan desa dan angkutan kota. Terjadi penurunan secara signifikan, dulu masih banyak angkutan desa melayani Mentok-Parittiga, Mentok-Kelapa, Mentok-Tempilang. Tapi semakin berkurang, seiring berkembangnya waktu, serta kemajuan teknologi, dan banyak kendaraan pribadi," kata Juswardi, Senin (18/11). 

Ia menambahkan, keberadaan angkot masih ditemui di Mentok. Namun, tak banyak aktif lagi. Sedangkan, angdes masih berjalan sampai saat ini melayani rute Mentok, Jebus, Parittiga, dan Tempilang dengan jumlah yang terbatas. "Sementara untuk angkutan kota antar provinsi (AKDP), itu kewenangan provinsi ada izinnya, untuk perpanjangan izin dari kami yang merekomendasinya," jelasnya.

Diakuinya, untuk tarif angkot dan angdes, belum ada peraturan daerah di Bangka Barat yang mengaturnya. Sehingga menginduk pada aturan Pemprov Babel. "Angdes dan angkot kita belum pernah dari dulu saat perubahan nomenklatur, belum buat peraturan peraturan daerah. Terkait tarifnya, dasarnya kita pakai peraturan gubernur, terkait tarif angkutan di wilayah Provinsi Babel. Karena rutenya hampir mirip. Kalau Mentok-Parittiga sekitar Rp50 ribu, jaraknya hampir sama-sama Mentok-Pangkalpinang," katanya.

Hal serupa juga terjadi terhadap ojek pengkolan di wilayah Mentok. Mereka mangkal di sejumlah titik, seperti Pasar Mentok, persimpangan lampu merah hingga Pelabuhan Tanjungkalian. Namun, jumlahnya tak banyak.

Juswardi mengatakan, keberadaan ojek pengkolan masih menjadi peluang usaha di Kecamatan Mentok. "Kita daerah pulau, terutama di Mentok mungkin ada kebutuhan masyarakat, misalnya dari pelabuhan, pasar. Lalu ada satu, dua orang yang tertarik untuk ngojek. Jadi ada organisasi lalu membuka ojek," jelasnya.

Diakuinya, untuk keberadaan ojek online melalui aplikasi belum ditemui di Bangka Barat. "Belum ada, ojol dari sejumlah aplikasi seperti Grab tidak ada. Kemarin informasi coba ke sini, tetapi setelah mereka survei tidak masuk, malah rugi bukan malah untung. Tentu pengusaha ini ada hitung untung ruginya," katanya.

Ia mengatakan, keberadaan ojek pengkolan atau offline masih bertahan di Mentok, di tengah semakin banyaknya kendaraan pribadi saat ini. "Kalau di Mentok ojek offline atau ojek pengkolan, masih ada mereka mangkal di lampu merah, pasar, pelabuhan. Tetapi jumlahnya tidak bertambah setiap tahun, bahkan menurun, karena sekarang penjualan kendaraan dipermudah untuk memiliki roda dua dan empat," ujarnya. (riu)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved