Flu Afrika Mewabah di Sungailiat Bangka, Ribuan Babi Mati Tinggal 670 Indukan, Apakah Akan Menular?
Flu Afrika Mewabah di Sungailiat Bangka, Ribuan Babi Mati Tinggal 670 Indukan, Apakah Akan Menular?
BABELNEWS.ID. BANGKA -- Flu Afrika mewabah di Sungailiat. RIbuan hewan ternak babi mati mendadak dan tinggal 670 indukan.
Peternak babi mandiri di wilayah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengeluh sejak beberapa minggu terakhir sejumlah hewan ternak peliharaannya mati.
Gejala yang terjadi pada babi ini diawali dengan keluhan mata merah dan tidak nafsu makan pada hewan ternak, setelah itu mati.
Keluhan ini ramai disampaikan para peternak melalui media sosial karena sebelumnya belum pernah mengalami kejadian ini.
"Hewan ternak babi peliharaan saya sudah mati 15 ekor dengan gejala awal mata menjadi merah lalu tidak mau makan dan akhirnya mati," kata seorang peternak di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Jumat (12/03/2021) lalu.
Menurutnya hewan ternak miliknya yang mati selanjutnya dikuburkan ke dalam tanah, karena penyakit ini kelihatan mudah menular kepada hewan ternak lain yang masih sehat.
Kejadian ini selain dialami peternak Babi di Kecamatan Sungailiat, juga terjadi di Kecamatan Merawang, Belinyu dan Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka.
Menanggapi hal ini Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bangka, Elius Gani membenarkan adanya laporan para peternak babi yang mengalami kematian terhadap ternaknya.
"Kejadian ini sudah dilaporkan ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kemarin juga ada tim dari Dinpanpertan Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta surveilans dari Balai Verteliner Lampung turun ke lapangan mengambil sampel darah dan organ tubuh babi yang mati di Desa Rebo, Merawang dan Deniang," kata Elius Gani.
Ditambahkan dari hasil identifikasi sementara ini diduga babi tersebut mati karena terserang penyakit Wabah African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika
Ribuan Babi Mati
Wabah African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika yang menyerang ribuan ternak babi yang ada di wilayah Kabupaten Bangka hingga mati massal sejak awal Januari 2021 lalu hingga saat ini ternyata masih terus terjadi.
Terdata hingga Maret 2021 sebanyak 6.695 ekor babi mati akibat terserang wabah ASF di Kabupaten Bangka dan saat ini diperkirakan masih tersisa 670 ekor indukan babi saja.
"Wabah ASF yang menyerang ternak babi di Kabupaten Bangka hingga saat ini belum hilang 100 persen. Jadi masih ada terjadi dan saat ini kita masih terus melakukan konservasi terhadap ternak babi yang belum terserang wabah ini, karena ASF ini seperti penyakit flu yang mudah menulari ke hewan ternak babi lainnya yang masih sehat," kata Krisna Ningsih, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka, Elius Gani, Jumat (13/08/2021) di kantornya.
Belum ada vaksin yang dapat mengatasi serangan wabah ASF, jadi saat ini upaya yang dilakukan peternak sama seperti kita mengatasi virus corona.
"Untuk para pembeli ternak sebelum masuk areal kandang juga harus cuci tangan, jaga jarak dan tidak boleh sembarangan orang boleh masuk ke dalam kandang. Sanitasi kandang harus ketat diperhatikan. Antisipasi jangan sampai ada orang lain yang membawa virus ASF ini dari daerah atau kandang yang tertular jangan sampai masuk ke kandang yang belum terserang ASF," jelas Krisna Ningsih.
Diungkapkannya akibat serangan wabah ASF ini menyebabkan jumlah populasi ternak babi di Kabupaten Bangka hampir 90 persen mati.
"Untuk ternak babi di wilayah Kecamatan Sungailiat, seperti Desa Rebo dan sekitarnya habis mati, paling tersisa beberapa ekor indukan saja," imbuh Krisna Ningsih.
Demikian juga untuk wilayah kecamatan Belinyu, Riau Silip, Merawang, Pemali dan lainnya.
Akibat menurunnya jumlah ternak babi saat ini menyebabkan harga daging babi juga naik mencapai Rp200.000 lebih per kilogram.
"Biasanya peternak babi di Kabupaten Bangka ini mengirimkan babi untuk kebutuhan di Kabupaten Belitung, Bangka Tengah dan Bangka Barat. Namun saat ini pengiriman sudah dihentikan akibat serangan wabah ASF ini dan juga memang sudah tidak ada lagi stoknya," ujar Krisna Ningsih.
Diakuinya, untuk mengatasi kelangkaan populasi ternak babi saat ini para peternak hanya mengandalkan sisa indukan babi yang masih ada untuk dikembangkanbiakkan kembali.
"Jenis babi di Kabupaten Bangka ini merupakan jenis babi lokal yang memang sudah ada sejak jaman dulu. Jadi para peternak disini tidak ada yang mendatangkan babi dari luar daerah lain untuk diternakkan disini. Jadi hanya mengandalkan jenis babi lokal asli yang ada disini saja karena memang produk babi lokal ini merupakan yang terbaik," tandas Krisna Ningsih.
Mata Merah
Peternak babi mandiri di wilayah Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengeluh sejak beberapa minggu terakhir sejumlah hewan ternak peliharaannya mati.
Gejala yang terjadi pada babi ini diawali dengan keluhan mata merah dan tidak nafsu makan pada hewan ternak, setelah itu mati.
Keluhan ini ramai disampaikan para peternak melalui media sosial karena sebelumnya belum pernah mengalami kejadian ini.
"Hewan ternak babi peliharaan saya sudah mati 15 ekor dengan gejala awal mata menjadi merah lalu tidak mau makan dan akhirnya mati," kata seorang peternak di Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Jumat (12/03/2021) lalu.
Baca juga: Harga Terbaru Uang Koin Rp1000 Bergambar Kelapa Sawit, Bank Indonesia dan Kolektor Buka Fakta
Baca juga: 6.695 Ekor Babi di Sungailiat Mati Terserang Wabah Flu Afrika, Tersisa 670 Indukan
Menurutnya hewan ternak miliknya yang mati selanjutnya dikuburkan ke dalam tanah, karena penyakit ini kelihatan mudah menular kepada hewan ternak lain yang masih sehat.
Kejadian ini selain dialami peternak Babi di Kecamatan Sungailiat, juga terjadi di Kecamatan Merawang, Belinyu dan Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka.
Menanggapi hal ini Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bangka, Elius Gani membenarkan adanya laporan para peternak babi yang mengalami kematian terhadap ternaknya.
"Kejadian ini sudah dilaporkan ke Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kemarin juga ada tim dari Dinpanpertan Bangka dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta surveilans dari Balai Verteliner Lampung turun ke lapangan mengambil sampel darah dan organ tubuh babi yang mati di Desa Rebo, Merawang dan Deniang," kata Elius Gani.
Ditambahkan dari hasil identifikasi sementara ini diduga babi tersebut mati karena terserang penyakit Wabah African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika
(Bangkapos.com/Edwardi)