Berita Pangkalpinang
Dindik Tak Paksa Siswa Divaksin, Orangtua Bisa Pilih Belajar Online atau Hybrid
Dinas Pendidikan Babel memastikan siswa tingkat SMA/SMK di Babel sudah 98 persen telah divaksin.
PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Dinas Pendidikan Babel memastikan siswa tingkat SMA/SMK di Babel sudah 98 persen telah divaksin. Sedangkan untuk guru, dan tenaga kependidikan (GTK) telah mencapai 99 persen.
"Karena untuk proses mengikuti pembelajaran dengan adanya arahan agar siswa SMA/SMK di bawah kewenangan kota dilakukan vaksin. Kita sudah hampir 100 persen sudah dilakukan vaksin sudah berjalan dalam kurun waktu cukup lama," jelas Kabid SMK Dinas Pendidikan Babel, Saiful Bahri, Jumat (25/2).
Pihaknya mengaku, tidak memaksakan apabila terdapat siswa yang enggan divaksin, terutama memiliki penyakit bawaan atau alasan lainnya. "Terkecuali dengan sebab khusus yang berakibat pada dampak siswanya, karena divaksin, sehingga tidak dianjurkan divaksin. Tetapi vaksin dilakukan ini tidak lain untuk menjaga keselamatan dan kesehatan anak kita," katanya.
Menurutnya, sesuai anjuran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, agar semua GTK dan siswa untuk divaksin sebelum melakukan aktivitas pembelajaran tatap muka. "Sejauh ini tidak melarang, tidak bisa divaksin ada penyakit tertentu akibatnya akan tidak baik. Kita tidak bisa paksakan hal seperti itu. Tetapi khusus siswa SMK agar dapat divaksin mungkin kaitan karena banyak melaksanakan magang, pembelajaran industri dan ke luar daerah yang sudah disyaratkan," ujarnya.
Ia juga menambahkan, saat ini PTM terus berjalan dengan melihat kondisi daerah apakah memungkinkan melaksanakan PTM dengan penerapan protokol kesehatan. "Dijalankan normal untuk di daerah tertentu, kondisi, apabila kondisinya kondusif. Kita tetap melakukan antisipasi juga, menjaga semua agar tidak ada terpapar. Kita ingin pembelajaran dan menjaga kesehatan tetap kita jalankan," harapnya.
Mendukung
Gubernur Babel, Erzaldi Rosman mendukung adanya kebijakan pemerintah di kabupaten/kota untuk siswa yang belum vaksin tidak mengikuti PTM. Menurutnya, hal ini dilakukan demi kepentingan siswa itu sendiri, agar dapat terhindar dari dampak sebaran Covid-19.
Ia mencontohkan saat ini, setelah banyak masyarakat divaksin membuat ketersedian Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit menjadi rendah dan tinggat meninggal dunia akibat Covid-19 juga rendah. "Itu sudah saya terapkan untuk SMK/SMA, ini tidak apa-apa untuk jenjang SD. Vaksin itu untuk menjaga imun dan mengurangi dampak. Dampak meninggal kurang, BOR rumah sakit kecil, bukan sembuh. Virus ini masih ada. Tetapi, bayangkan ketika belum divaksin, mungkin langsung KO kita," jelas Erzaldi.
Diakuinya, vaksin semata-mata untuk meningkatkan imunitas siswa agar lebih kuat, ketika terjangkit Covid-19. "Vaksin itu untuk menjaga imun dan mengurangi dampak. Daripada dia berisiko menularkan ke temannya lebih baik tidak tatap muka. Saat ini meskipun angka Covid-19 meningkat, tetapi keterisian pasien di rumah sakit atau Bed Occupancy Rate tidak banyak atau rendah. Dampak pasien meninggal juga berkurang," ujarnya.
Erzaldi menambahkan, apabila orangtua tidak menerimanya, maka orangtua siswa dapat meminta untuk melakukan pembelajaran secara online atau hybrid. "Silakan pilihan ada. Tidak sekolah atau hybrid, kalau hybrid optimal tidak," ujarnya. (riu)