Kelompok Swadaya Masyarakat Dilatih Mengolah Sampah Jadi Bahan Bakar Jumputan Padat
Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah atau sampah yang telah melalui proses pemilahan dan diolah melalui fermentasi
Dosen Teknik Elektro Institut Teknologi PLN, Syarif Hidayat, menjelaskan, co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.
Program ini menjadi bukti nyata komitmen PLN yang berkonsentrasi mewujudkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 25 persen pada 2025 melalui teknologi co-firing pada PLTU.
"Pada pelatihan ini, peserta mendapat penjelasan teknik pembuatan BBJP. Mulai dari pemilahan sampah apa saja yang bisa digunakan, proses fermentasi sampah di bedengan, pengeringan sampah (angin-angin), hingga pencacahan sampah menjadi BBJP," kata Syarif.
Setelah itu, lanjut dia, akan dilakukan proses uji kualitas BBJP yang dihasilkan. Kualitas yang diuji mulai dari kandungan air, kandungan abu, fixed carbon, hingga calorific value (Kcal/kg).
Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah atau sampah yang telah melalui proses pemilahan dan diolah melalui fermentasi menggunakan bakteri, kemudian dicacah menjadi ukuran butir kecil sekitar 5 mm yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
"Dari sampah itu akan diolah menjadi Refuse Derived Fuel atau berupa bahan bakar alternatif yang komposisinya terbuat dari bahan sampah rumah tangga dan sampah lain yang mudah terbakar, baik organik maupun anorganik," ujar Syarif.
"Selain itu juga menjadi solid recovered fuel (SRF) merupakan RDF yang bahan dasarnya dipilih, dibentuk, dan diproses sedemikian rupa. Sampah ini kita olah menjadi RDF atau SRF. Rencananya ini akan dikombinasikan dengan batu bara," tuturnya.
Lebih lanjut, Syarif mengatakan, sampah yang menjadi bahan dalam uji coba tersebut sebanyak lima ton. Rinciannya, 80 persen merupakan sampah organik dan 20 persen sampah anorganik.
Sampah itu diolah menggunakan sistem peuyeumisasi yang merupakan pengolahan sampah secara mikrobiologi (fermentasi). Tujuannya mempercepat terjadinya penguraian sampah dengan dibantu menggunakan bioaktivator.
Sampah tersebut sebelum diolah harus terlebih dahulu dipilah menjadi beberapa kategori, mulai dari sampah organik, sampah anorganik, sampah bernilai ekonomi, serta residu.
"Kalau berhasil tanda-tandanya susut nantinya, itu yang kita proses lebih lanjut, kita cacah, giling, dan menjadi serbuk. Itu yang kita jadikan untuk campuran batu bara," kata Syarif.
Menurut dia, dari lima ton sampah yang diolah nantinya akan susut sekitar 50-60 persen dan hanya menjadi 1,3 ton sampah. Hasil uji coba tersebut masih akan dilakukan uji laboratorium.
"Untuk pilot project lima ton dan nanti akan ditingkatkan lagi. Ini masih kita lihat, nanti juga masih diuji kandungan yang paling banyak apa saja, apakah cocok dengan PLTU," ujar Syarif. (u1)