Kabar Pangkalpinang

Thrif Shop Solusi Bantu Atasi Krisis Limbah Pakaian

Tak banyak disadari oleh masyarakat bahwa kebiasaan menggunakan pakaian turut berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

Editor: Rusaidah
istimewa/Dok. Monica Kharisma Swandi
Dosen Jurusan Biologi UBB/Kepala Laboratorium Biologi Monica Kharisma Swandi. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Tak banyak disadari oleh masyarakat bahwa kebiasaan menggunakan pakaian turut berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Pasalnya keberadaan pakaian yang tidak digunakan lagi atau terbuang tentunya akan berdampak bagi lingkungan dan membuat terjadinya penumpukan limbah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Dosen Jurusan Biologi Universitas Bangka Belitung (UBB) sekaligus Kepala Laboratorium Biologi Monica Kharisma Swandi menuturkan, keberadaan limbah pakaian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat terurai, hal ini tergantung dari jenis bahan atau kainnya.

Ia mengungkap, kurun waktu yang dibutuhkan untuk penguraim limbah pakaian bisa mencapai mingguan hingga ratusan tahun.

Selain lamanya waktu penguraian, limbah pakaian dengan bahan polyester akan menghasilkan mikroplastik akibat pelepasan plastik yang terkandung di dalam kain tersebut yang sangat berbahaya ketika terakumulasi di lingkungan dandapat mengakibatkan keracunan bagi organisme-organisme yang ada di lingkungan, tersebut termasuk manusia.

"Saat ini banyak pakaian yang berbahan dasar kain sintetis seperti polyester (berbahan dasar plastik). Kain dengan bahan dasar polyester dan nilon membutuhkan waktu antara 20-200 tahun hingga bisa terurai. Namun, ada juga pakaian dari bahan kain yang bisa terurai secara alami, misalnya katun, terutama yang 100 persen. Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga lima bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua minggu," jelas Monica.

Tak hanya itu, ia menuturkan jika pewarna sintetis yang digunakan dalam pembuatan pakaian juga berdampak terhadap lingkungan yang secara tidak langsung pencemaran zat warna yang ada pada pakaian memiliki sifat karsinogen yang akan berdampak buruk bagi kesehatan makhluk hidup.

Untuk menjaga lingkungan terhindar dari pencemaran, ia menyarankan agar masyarakat berupaya untuk mengurangi volume limbah pakaian, salah satunya yaitu reuse (pengunaan kembali). Hal ini bertujuan untuk mengatasi krisis limbah pakaian.

"Dengan maraknya thrift shop saat ini akan membantu mengatasi krisis limbah pakaian. Selain itu, dengan membeli pakaian bekas yang masih layak pakai masyarakat harus membentuk mindset bahwa untuk berbusana dan mendapatkan penampilan baru, tidak harus dengan pakaian baru," ucapnya. (t3)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved