Kabar Pangkalpinang

Kemasan Plastik Masih Jadi Andalan

Sejumlah pelaku usaha di Pangkalpinang masih aktif menggunakan kemasan plastik sebagai wadah jualan.

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Andini Dwi Hasanah
Sampah mini atau sampah plastik kemasan di pengolahan sampah Bangka Recycle di Pangkalbalam Pangkalpinang. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Sejumlah pelaku usaha di Pangkalpinang masih aktif menggunakan kemasan plastik sebagai wadah jualan. Baik kemasan minuman dan makanan, sampah plastik disebut masih sangat efektif untuk berjualan minuman.

Diketahui, Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rofi Alhanif mengatakan, sampah plastik sekali pakai, termasuk saset, botol, dan gelas plastik banyak mencemari sungai dan perairan laut di Pulau Dewata, Bali.

Dalam laporan brand audit atas sampah plastik di Bali pada 2021, Sungai Watch mengungkap 10 besar perusahaan dengan brand ternama yang produk dan kemasannya paling mencemari Bali. Riset Sungai Watch menunjukkan, dari 227.842 item sampah plastik bermerek yang dikumpulkan dan dianalisis, ada 27.486 item atau 12 persen dari total sampah plastik yang berasal dari perusahaan besar produsen air mineral terkemuka. Seara rinci, sampah gelas plastik berjumlah 14.147 item, dan sampah botol sebanyak 12.352 item.

Diakui pedagang es teh di Jalan Depati Hamzah Pangkalpinang Kurni, kemasan plastik sekali pakai masih sangat menunjang usahanya.

"Sehari itu bisa 150-an cup plastik yang terjual, tapi biasanya untuk kemasan plastik yang tertinggal di tempat kami dikumpulkan kemudian kalau ada pemulung kami kasih dan itu hanya sampah plastik saja," ujar Kurni kepada Bangka Pos Group, Kamis (17/11).
Kata Kurni, penggunaan paper cup juga telah dilaksanakan hanya saja para pelanggan lebih senang menggunakan plastik cup sebab lebih anti tumpah.

"Kalau paper cup itu tutupnya masih pakai cup manual, kalau pakai mesin cup seller itu biasanya kurang tahan lama, jadi untuk minuman itu lebih rawan tumpah," jelasnya.

Belum lagi kata Kurni, harga paper cup lebih mahal dibandingkan plastik cup.

"Kalau seutuhnya pakai paper cup rasa kurang cuan aja, karena harga paper cup yang mahal. Yang penting sampah plastiknya tidak kita buang sembarangan, kita pisahkan saja," tuturnya.

Senada dengan Move Up di Jalan KH Abdul Hamid, Gedung Nasional, Pangkalpinang juga masih menggunakan kemasan plastik sebagai wadah utama jualan.

Untuk minuman dingin plastik cup dinilai sangat efektif, sementara untuk minuman yang panas masih menggunakan gelas.
Pengelola Move Up Wing Yung menyebut, bukannya tak ingin beralih ke model kemasan paper hanya saja paper cup menurutnya masih belum efektif untuk minuman dingin di kopi shop.

"Kalau disini baik minum di tempat atau bawa pulang masih pakai plastik cup, karena lebih safety ada mesin pres anti tumpah. Kalau paper cup memang ada plus minusnya keduanya," tuturnya.

Kata Wing Yung, untuk pembuangan sampah plastik biasa dikumpulkan oleh para barista kemudian ada pemulung yang rutin mengambil.

"Biasanya sudah kita pisahkan kemasan plastik cup sama sampah lainnya, sekalian bantu-bantu juga jadi kita kasih pemulung," jelasnya.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam Pangkalpinang hingga kini belum ada proses pemilihan sampah mini atau sampah plastik sekali pakai.

Sampah mini kian masif digunakan, apalagi sampah kemasan sekali pakai kini digunakan dimana saja, termasuk warung kopi, jajanan es pinggir jalan, hingga makanan pentol juga menggunakan sampah plastik mini.

Kabid Pengelolaan Sampah, LB3 dan Peningkatan Kapasitas DLH Pangkalpinang Ikhwanus Shopa menyebut, di TPA Parit Enam Pangkalpinang untuk sementara masih digabungkan seluruh sampah yang diangkut dari setiap kelurahan.

"Kalau untuk sementara di TPA Pangkalpinang belum ada proses pemilihan sampah mini ini, seperti pipet, kemasan makanan dan minuman sekali pakai. Biasanya ada untuk sampah plastik seperti bekas minuman itu dipungut kembali oleh kawan-kawan kita di TPA untuk kembali dijual ke pengepul dan diolah," jelas Ikhwanus.

Hanya saja kata Ikhwanus, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran (SE) untuk pelaku usaha termasuk hotel dan restoran, kafe dan usaha sejenisnya untuk pengurangan dan penanganan sampah plastik.

Diakuinya, sampah di TPA masih didominasi sampah plastik dan sampah rumah tangga.

"Dulu sempat ada dari PT Kaltimex memetakan ukuran 3x3 meter di TPA Pangkalpinang, kemudian diambil dan dipisahkan ditemukan komposisi 30 persen sampah plastik, 70 persen organik. Karena kalau yang plastik itu masih bisa dipungut disana," tuturnya.

Dia memperkirakan, sehari seluruh sampah yang masuk ke TPA Pangkalpinang dari seluruh angkutan sebanyak 50 ton.
Ikhwanus juga berharap, beberapa pihak termasuk pelaku usaha ini dapat mengurangi penggunaan sampah plastik menjadi yang lebih ramah lingkungan lagi.

"Kami hanya mengimbau agar pelaku usaha ini dapat mengurangi sampah plastik menjadi ramah lingkungan, seperti penggunaan gelas minuman canvas, sedikit-sedikit mulai beralih," tuturnya. (t2/t3)

 

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved