Berita Bangka Selatan

Bertambah 12.142 Orang dalam Enam Bulan, Penyakit Hipertensi Naik 63,45 Persen

Kasus penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Kabupaten Bangka Selatan, terus mengalami tren peningkatan setiap bulannya.

health.kompas.com
Jarang diketahui, ini penyebab umum tekanan darah tinggi 

TOBOALI, BABEL NEWS - Kasus penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Kabupaten Bangka Selatan, terus mengalami tren peningkatan setiap bulannya. Bahkan selama hampir enam bulan terakhir kasus penyakit hipertensi meroket tajam hingga 63,45 persen. 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan hingga awal Desember 2024 tercatat sebanyak 33.228 orang menderita hipertensi. Jumlah itu diklaim terjadi peningkatan sebesar 63,45 persen atau sebanyak 12.142 orang jika dibandingkan dengan data akhir semester pertama. Di mana per akhir Juni 2024 kasus hipertensi terdata sebanyak 21.086 kasus.

"Memang dari 14 penyakit tidak menular (PTM-Red) untuk kasus paling tinggi adalah penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dengan 33.228 kasus," kata Slamet Wahidin, Rabu (18/12).

Slamet Wahidin mengungkapkan penyakit hipertensi paling banyak diderita oleh kaum perempuan dengan jumlah mencapai 20.456 kasus. Jumlah ini meningkat sebesar 7.147 kasus atau 65,06 persen dibandingkan periode semester pertama yang hanya mencapai 13.309 kasus. 

Sedangkan pengidap hipertensi bagi kaum laki-laki tembus hingga 12.772 kasus dan meningkat 4.995 kasus atau 60,89 persen dari periode yang sama dengan 7.777 kasus hipertensi sebelumnya. 

Kasus hipertensi paling banyak diderita oleh kelompok usia 45-54 tahun dengan 13.669 kasus atau 41,13 persen. Disusul usia 55 tahun ke atas sebanyak 10.838 kasus atau 32,61 persen dan kelompok usia 18-44 tahun dengan 8.315 kasus atau 25,02 persen. 

Sementara sebaran kasus paling banyak berada di Kecamatan Toboali dengan 13.642 kasus atau 41,05 persen dan Kecamatan Airgegas 7.298 kasus 21,96 persen. Lalu, Kecamatan Simpang Rimba dengan 12,17 persen alias 4.046 kasus dan Kecamatan Payung 3.742 kasus atau 11,26 persen. Kemudian, Kecamatan Tukak Sadai dengan 1.919 kasus atau 5,77 persen dan Kecamatan Lepar 4,08 persen atau 1.356 kasus. Terakhir Kecamatan Pulau Besar dengan 724 kasus atau 2,23 persen dan Kecamatan Kepulauan Pongok 501 kasus atau 1,50 persen.

"Data tersebut kita dapatkan berdasarkan masyarakat yang melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan. Baik secara sukarela maupun melalui kegiatan rutin kita lakukan," jelas Slamet Wahidin.

Adapun penyakit hipertensi sambung dia, merupakan penyakit silent killer. Pasalnya, penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung. 

Terdapat beberapa penyebab tingginya masyarakat menderita penyakit hipertensi, namun pemicu utamanya yakni masyarakat mengonsumsi garam lebih dari 2.000 miligram per hari. Tingginya konsumsi garam di masyarakat patut diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko hipertensi. 

Konsumsi garam berlebihan juga dapat meningkatkan risiko kematian akibat jantung dan stroke. Bahkan saat ini masyarakat menderita penyakit jantung koroner mencapai tujuh orang dan stroke 18 orang. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular atau jantung. Penyakit kardiovaskular ini menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia juga di Indonesia. 

"Berdasarkan penelitian pola konsumsi makanan dan asupan ggl yakni gula, garam dan lemak cukup tinggi serta kurangnya aktivitas fisik. Ini yang menentukan kecenderungan meningkat atau menurunnya tren penyakit tidak menular," ucapnya.

Pihaknya terus fokus kepada pengendalian hipertensi di Kabupaten Bangka Selatan. Selain upaya pencegahan, hipertensi pada masyarakat juga harus dikendalikan untuk mengurangi risiko komplikasi penyakit yang lebih buruk. Masih banyak masyarakat yang tidak terdiagnosis karena ketidaktahuan akan hipertensi serta keterbatasan pada akses pelayanan kesehatan. 

Walaupun hipertensi memang tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikendalikan. Hal ini untuk menghindari berbagai komplikasi yang berakibat fatal yang bisa menjadi beban ekonomi dan sosial pada masyarakat. Masyarakat dapat memanfaatkan layanan di puskesmas untuk pencegahan di tingkat primer dan sekunder.

"Sejak umur 15 sampai dengan lanjut usia minimal setahun itu satu kali pernah cek skrining kesehatan," pungkas Slamet. (u1)

SEBARAN KASUS HIPERTENSI
Kecamatan Toboali: 13.642 kasus atau 41,05 persen 
Kecamatan Airgegas: 7.298 kasus atau 21,96 persen
Kecamatan Simpang Rimba: 4.046 kasus atau 12,17 persen
Kecamatan Payung: 3.742 kasus atau 11,26 persen
Kecamatan Tukak Sadai: 1.919 kasus atau 5,77 persen 
Kecamatan Lepar: 1.356 kasus atau 4,08 persen
Kecamatan Pulau Besar: 724 kasus atau 2,23 persen
Kecamatan Kepulauan Pongok: 501 kasus atau 1,50 persen
Sumber: DKPPKB Kabupaten Bangka Selatan

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved