Bupati Belitung Timur Sebut Pola Pengelolaan Sampah di Banyumas Layak Jadi Contoh

Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) Banyumas sendiri sudah menjadi percontohan nasional.

Editor: suhendri
Dokumentasi DiskominfoSP Beltim
KUNJUNGAN KERJA - Bupati Belitung Timur Kamarudin Muten melakukan kunjungan kerja ke Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (14/7/2025). Kamarudin menyatakan pola pengelolaan sampah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Banyumas tersebut layak dijadikan contoh karena tidak hanya mampu mengurangi volume sampah, tetapi juga mengubahnya menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomi. 

MANGGAR, BABEL NEWS - Bupati Belitung Timur Kamarudin Muten melakukan kunjungan kerja ke Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan, Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (14/7/2025).

Selepas kunjungannya, Kamarudin menyatakan pola pengelolaan sampah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Banyumas tersebut layak dijadikan contoh karena tidak hanya mampu mengurangi volume sampah, tetapi juga mengubahnya menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomi.

“Di sini, sampah dipandang bukan lagi masalah, tetapi sumber daya. Ini dimulai dari masyarakat yang memilah dan mengelola sampah secara swadaya di tingkat hulu, kemudian diolah di tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) desa, dan akhirnya residu ditangani di TPA BLE. Produk akhirnya luar biasa, mulai dari paving block, atap, bata, biji plastik, pakan maggot, hingga pupuk kompos,” kata Kamarudin dalam rilis yang diterima Pos Belitung, Selasa (15/7/2025). 

Pengelolaan sampah di Banyumas dilakukan secara menyeluruh, dari hulu ke hilir.

Pada level masyarakat, kelompok swadaya masyarakat (KSM) di setiap desa diberdayakan untuk mengumpulkan sampah rumah tangga yang sudah dipilah menjadi organik dan anorganik. 

Sampah organik di sana sebagian besar diolah menjadi pakan maggot dan kompos, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi produk bernilai seperti paving block, atap, bata, dan biji plastik.

Kamarudin mengapresiasi adanya berbagai inovasi yang mendukung sistem ini, seperti aplikasi digital Sampah Online Banyumas (Salinmas) yang mempermudah masyarakat menjual sampahnya ke pemerintah kabupaten (pemkab), serta layanan antar jemput sampah lewat aplikasi Ojeke Inyong (Jeknyong).

“Semua ini membuat masyarakat terlibat aktif, punya nilai ekonomi, dan lingkungan tetap terjaga. Itulah model yang kita inginkan juga untuk Belitung Timur ke depan,” ujar Kamarudin.

Percontohan nasional

Tempat Pembuangan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) Banyumas sendiri sudah menjadi percontohan nasional.

Kapasitas pengolahan sampahnya mencapai 75 ton per hari, melayani residu dari berbagai TPST di desa-desa. 

Selain sebagai tempat pembuangan akhir, BLE juga menjadi pusat edukasi lingkungan.

Fasilitas yang tersedia cukup lengkap, mulai dari TPST, mesin pemilah sampah organik dan anorganik, aplikasi Salinmas dan Jeknyong, Pusat Daur Ulang (PDU), mesin pirolisis untuk mengolah sampah menjadi refused derived fuel (RDF), hingga mesin pembuat paving block.

Dengan sistem ini, TPA BLE mampu mengurangi timbunan sampah di hilir hingga hampir 45 persen.

Konsep edukasi juga terus dikembangkan agar generasi muda terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved