Berita Belitung
Belitung Raih Status Eliminasi Frambusia Setelah 3 Tahun Tanpa Kasus Baru
Frambusia adalah penyakit kulit menular kronis yang disebabkan bakteri Treponema pallidum.
TANJUNGPANDAN, BABEL NEWS - Kabupaten Belitung resmi meraih status eliminasi frambusia setelah Kementerian Kesehatan melakukan asesmen ke sejumlah puskesmas di Kabupaten Belitung.
Frambusia adalah penyakit kulit menular kronis yang disebabkan bakteri Treponema pallidum.
Penyakit ini biasanya muncul berupa luka seperti koreng bernanah dan banyak dijumpai pada masa lalu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, Sri Agustini, mengatakan, status eliminasi frambusia diberikan karena tiga tahun terakhir tidak ditemukan kasus baru.
“Kalau tiga tahun tidak ada kasus, maka daerah bisa diajukan eliminasi, dan kita (Kabupaten Belitung–red) dapat itu,” kata Sri, Kamis (4/8/2025).
Kusta dan filariasis masih jadi fokus penanganan
Dia menyebutkan, meski frambusia sudah tereliminasi, dua penyakit menular lain, yakni kusta dan filariasis, masih menjadi fokus penanganan.
Kusta atau lepra disebabkan bakteri Mycobacterium leprae.
Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan, dengan gejala awal bercak mati rasa.
Sri menyebut, kasus kusta masih ditemukan di Belitung, termasuk pada usia produktif. Kondisi ini menandakan adanya sumber penularan yang aktif.
Penyakit tersebut bisa menular melalui kontak erat, misalnya berbagi handuk.
Terapi obat multikombinasi selama satu tahun dapat menyembuhkan sang penderita.
Gejala awal kusta kerap tidak disadari masyarakat.
Banyak pasien baru berobat setelah muncul bercak luas atau kelainan lain pada kulit.
Karena itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung rutin melakukan skrining, termasuk di sekolah-sekolah dan pesantren.
“Kalau rajin minum obat, kusta bisa sembuh,” ujar Sri.
Sementara itu, filariasis atau penyakit kaki gajah juga masih ditemukan di beberapa wilayah di Kabupaten Belitung.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini disebabkan infeksi cacing filaria dan bisa menimbulkan pembengkakan kronis pada tungkai.
Kabupaten Belitung sempat menjalankan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis.
Obat diberikan baik kepada warga yang positif maupun negatif sebagai langkah pencegahan.
Namun, survei berkala enam bulan sekali masih menunjukkan adanya kasus di beberapa titik, termasuk di Tanjungpandan, Selat Nasik, dan Membalong.
“Kalau hasil survei sampel di atas satu persen, tetap harus dilakukan POPM,” kata Sri.
Ia menambahkan, program POPM terakhir dilaksanakan pada 2023, dan rencana berikutnya disiapkan setelah berkoordinasi dengan kementerian. (del)
Pemkab Belitung Hibahkan Gedung untuk KPU Belitung |
![]() |
---|
Korban Perundungan di Belitung Timur Dapat Pendampingan Terapi Psikologis |
![]() |
---|
126 Pelaku UMKM Ambil Bagian di Mampau Anime Festival 2025 |
![]() |
---|
Lahan Telah Terhimpun 30.000 Hektare untuk Investasi Perkebunan Kelapa di Belitung |
![]() |
---|
Belitung Serap 59,11 Persen Dana Desa hingga Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.