Berita Bangka Selatan
Capaian POPM Filariasis Bangka Selatan Baru 77 Persen, Pemkab Naikkan Jumlah Sasaran
Upaya Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam menekan kasus filariasis atau penyakit kaki gajah terus berlanjut.
TOBOALI, BABEL NEWS - Upaya Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan dalam menekan kasus filariasis atau penyakit kaki gajah terus berlanjut. Setelah pada tahun 2024 capaian Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis belum maksimal, kini pada tahun 2025 pemerintah menaikkan jumlah sasaran. Ditargetkan pada tahun 2030, Kabupaten Bangka Selatan dapat dinyatakan bebas filariasis alias kaki gajah.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan pada tahun 2025 pemerintah menaikkan target sasaran sebesar 6,84 persen atau 13.773 jiwa. Dengan demikian target sasaran POPM menjadi 215.119 jiwa dari total penduduk 217.913 jiwa.
"Program ini menjadi langkah strategis dalam mendukung target nasional eliminasi filariasis tahun 2030," kata Slamet Wahidin, Senin (3/11).
Menurutnya, sepanjang tahun 2024 program POPM filariasis di Kabupaten Bangka Selatan menyasar 201.346 jiwa dari total penduduk sebanyak 213.877 jiwa. Namun, realisasi program ini baru mencapai 77 persen atau sekitar 154.872 orang yang berhasil menelan obat pencegahan tersebut. Capaian ini dinilai memang telah memenuhi target ideal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yaitu minimal 65 persen dari total populasi wajib minum obat.
Diakuinya, kenaikan ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan hasil pemetaan yang menunjukkan masih adanya kasus aktif di beberapa wilayah. Oleh karena itu, penambahan target ini merupakan langkah agresif untuk memperluas cakupan dan memastikan semua kelompok rentan mendapatkan obat.
"Untuk penderita filariasis secara kronis ada 12 kasus. Paling banyak di Kecamatan Payung dengan delapan kasus, dua kasus di Kecamatan Batu Betumpang dan satu kasus masing-masing di Kecamatan Tukak Sadai dan Kecamatan Simpang Rimba," ujar Slamet Wahidin.
Ia menambahkan, target POPM filariasis paling banyak berada di wilayah kerja Puskesmas Toboali dengan 71524 jiwa. Dilanjutkan Puskesmas Airgegas dengan 33.064 jiwa dan Puskesmas Simpang Rimba 26.582 jiwa. Lalu, Puskesmas Payung sebanyak 22.116 jiwa, Puskesmas Tiram dengan 14.150 jiwa dan Puskesmas Rias berjumlah 13.790 jiwa.
Setelah itu, Puskesmas Airbara 11.245 jiwa dan Puskesmas Batu Betumpang 10.167 jiwa. Kemudian, Puskesmas Tanjung Labu 8.225 jiwa dan Puskesmas Pongok 4.256 jiwa.
Slamet Wahidin berharap masyarakat berpartisipasi aktif dalam program POPM tahun ini. Dengan gotong royong dan kesadaran bersama, Kabupaten Bangka Selatan bisa menurunkan angka mikro filariasis hingga di bawah satu persen, bahkan menuju daerah bebas kaki gajah. Filariasis tidak hanya menyebabkan penderitaan fisik, tapi juga sosial dan ekonomi.
"Cukup dengan meminum obat setahun sekali, kita bisa mencegah kecacatan seumur hidup. Ini investasi kesehatan jangka panjang," pungkas Slamet Wahidin. (u1)
Kasus Masih di Atas Satu Persen
KEPALA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan, pihaknya masih terus berjuang keras menekan angka kasus penyakit menular akibat cacing mikroskopis itu.
Pasalnya, sudah 18 tahun terakhir Kabupaten Bangka Selatan tidak pernah menjadi daerah eliminasi kaki gajah. Terdata hingga kini itu 12 kasus kaki gajah kronis masih terjadi. "Sejak akhir tahun 2024 kita sudah melaksanakan POPM filariasis, namun baru terealisasi 77 persen," ujar Slamet Wahidin, Senin (3/11).
Slamet Wahidin mengungkapkan berdasarkan hasil pemetaan angka mikro filariasis hasil pemeriksaan tahun 2024 masih di atas satu persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa penularan masih terjadi di masyarakat. Karena angka mikrofilariasis masih tinggi, POPM harus tetap dilanjutkan.
Kendala terbesar pelaksanaan POPM bukan terletak pada logistik atau distribusi obat, tetapi pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk meminum obat filariasis. Banyak warga enggan minum obat. "Isinya obat cacing, yang bukan hanya membunuh cacing di darah, tapi juga di pencernaan," sebut Slamet Wahidin.
Slamet Wahidin meminta partisipasi masyarakat dalam POPM filariasis. Sebabnya, mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Melalui POPM, setiap warga diberi obat sesuai dosis berdasarkan usia, berat, dan tinggi badan. Orang dewasa bisa mendapat delapan butir obat, diminum sekaligus sesuai petunjuk petugas. Pemberian POPM filariasis dimulai dari umur dua tahun sampai 70 tahun.
"Filariasis bisa diantisipasi jika masih tahap awal dan segera diobati, cacing penyebabnya bisa mati dan tidak menyebabkan pembengkakan," pungkas Slamet Wahidin. (u1)
| Innova Oleng Hantam Pikap, Tiga Korban Dilarikan ke Rumah Sakit |
|
|---|
| Realisasi Pupuk Subsidi di Bangka Selatan Tembus 72 Persen |
|
|---|
| Kejar Target Panen Akhir Tahun di Bangka Selatan, Petani Garap 450 Ha Sawah Rias |
|
|---|
| 2025, Polres Bangka Selatan Tangani 21 Kasus Anak dan Perempuan |
|
|---|
| Harga Ikan dan Udang di Toboali Bangka Selatan Melonjak |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251103-EVALUASI-POPM.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.