Kabar Pangkalpinang

Berkah Ramadan, Bu Padang Raup Rupiah dari Jualan Lemang

Bulan Ramadan telah tiba, penjual makanan beragam selalu bermunculan. Baik itu di pasar maupun di beberapa ruas jalan.

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Andini Dwi Hasanah
Proses pembuatan Lemang Bu Padang di rumahnya di Pintu Air Kota Pangkalpinang, Selasa (5/4). 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Bulan Ramadan telah tiba, penjual makanan beragam selalu bermunculan. Baik itu di pasar maupun di beberapa ruas jalan. Lemang misalnya, ini merupakan jajanan yang banyak ditemukan di area Sumatera.

Lemang merupakan salah satu kuliner populer saat Ramadan. Makanan berbahan dasar beras ketan ini pun menjadi berkah tersendiri oleh keluarga Bu Padang atau dengan nama asli Raisya (80) yang beralamat di Pintu Air Kota Pangkalpinang.

Sudah 23 tahun ia berjualan Lemang saat Ramadan tiba. 23 tahun itu pula ia merasa berkah Ramadan begitu terasa di keluarganya, kenapa tidak sebab di bulan-bulan biasa Raisya hanya bekerja serabutan, tak jarang tetangga dekat rumahnya ikut membantu perekonomian.

Mulai pukul 03.00 WIB, Bu Padang atau akrab disapa Nenek Padang itu mulai menyiapkan bahan-bahan pembuatan Lemang. Mencuci ketan, memasukkan daun pisang ke dalam batangan bambu.

Kemudian pukul 08.00 WIB, setelah semua bambu berisi beras ketan serta campuran santan kelapa dan garam terisi baru mulai proses pembakaran menggunakan kayu bakar.

Tangan Bu Padang tampak piawai membolak-balikkan bambu yang dibakar, tumpukan bara api menyala di depannya, dan pukul 12.00 WIB Lemang baru diangkat.

Sesekali Bu Padang menyeka peluhnya yang bercucuran. Usianya tak lagi muda untuk mengerjakan pembuatan Lemang sendiri tiap bulan Ramadan.
Ia selalu dibantu oleh cucunya Rudi (26). Sudah sejak kelas 3 sekolah dasar, Rudi mulai membantu sang nenek berjualan Lemang saat Ramadan tiba.

Proses pembakaran hingga yang menjual Lemang adalah tugas Rudi. Lemang Bu Padang sendiri dijajakan hanya di Pasar Ramadan di kawasan Jalan Masjid Jamik Kota Pangkalpinang saja.

"Sudah sejak tahun 1999 lalu kami Malamang yang dalam bahasa Minangkabau berarti membuat Lemang setiap bulan suci Ramadan. Dulu hanya nenek yang pertama buat Lemang di Bangka, dulu sehari buat bisa 200 batang Lemang," kata Rudi, Selasa (5/4).

Kini sehari ia hanya membuat sekitar 60-an batang Lemang saja yang dibanderol di pasaran seharga Rp35 ribu saja.

Katanya, banyak tetua bilang, tradisi Malamang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan diwarisi secara turun temurun sampai sekarang.

"Biasanya Malamang dilakukan sepekan hingga sehari menjelang masuknya hari-hari besar dan bulan suci Ramadan. Dan sekarang sering kita buat saat Ramadan saja, kalau yang asli atau masih ada turunan Padang pasti tetap suka kalau kita di Bangka seperti lepat, hanya saja ini dibakar jadi rasanya lebih gurih," jelasnya.

Bu Padang juga sempat mencoba peruntungan berjualan di bulan biasa selain Ramadan, namun kurang baik. Sehari ia jual 10 batang dan hanya laku 5 batang Lemang saja.

"Kalau jual hari biasa kurang, waktu itu sudah sempat coba buat kita jualan di depan rumah makan Padang, laku 5 batang Lemang saja susah. Kalau setiap Ramadan Alhamdulillah selalu habis dan berkah Ramadan memang," sebutnya.

"Alhamdulillah cukup untuk kebutuhan Ramadan dan beli-beli sedikit untuk Lebaran," ucapnya.

Tak jarang mendekati Hari Raya Idulfitri pun, Bu Padang banjir pesanan, namun dua tahun terakhir hanya hitungan jari yang memesan.

"Kalau yang untuk Lebaran itu buatnya beda, bakarnya lebih lama biar lebih tahan, bisa untuk 2-3 hari lagi," ujarnya. (Andini Dwi Hasanah)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved