Berita Bangka Barat

Kasus DBD di Bangka Barat Turun, Dinkes Beri Ikan Pemakan Jentik ke Warga

Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Barat tahun 2024 ini, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Sejumlah petugas dari Puskesmas Toboali dan Dinas Kesehatan saat melakukan fogging di Kelurahan Toboali, Kamis (25/1/2024). Fogging dilakukan setelah kasus DBD di Kecamatan Toboali meningkat tajam. Peningkatan mencapai 26 kasus dan satu orang meninggal dunia. 

MENTOK, BABEL NEWS - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Barat tahun 2024 ini, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, hingga Agustus 2024 tercatat ada 150 kasus dengan angka kematian nol. Jumlah ini mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun 2023 sebanyak 800 kasus dengan angka kematian 5 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Bangka Barat, Muhammad Sapi'i Rangkuti mengatakan, turunnya angka penurunan kasus DBD, disebabkan Dinkes gencar melakukan sosialisasi 3M dan program pemberian bibit ikan pemakan jentik kepada masyarakat.

"Sebetulnya langkah dinas kesehatan menekan angka DBD itu sederhana, memberikan edukasi, informasi kepada masyarakat. Bahwa DBD itu gampang dicegah, asalkan jentiknya tidak dipelihara. Dalam artian harus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), setiap Minggu atau minimal tiga Minggu sekali bersama petugas kita yang ada di lapangan," ujar Rangkuti, Senin (26/8).

Selain itu, diakuinya, perlu memperhatikan barang barang bekas yang dapat menampung air untuk tidak meletakkan di tempat yang terkena dan bisa menampung air hujan. "Kami juga saat ini meluncurkan program pemberian ikan pemakan jentik nyamuk ke masyarakat. Di samping itu, kita juga mendistribusikan ikan, boleh diambil di Dinkes," ujarnya.

Menurutnya, pemberian ikan ke masyarakat telah dilakukan dan terbukti sampai tahun Agustus  2024 mampu menurunkan kasus DBD. "Dilakukan di 64 desa dan kelurahan, telah sukses menurunkan angka pesakitan dan angka kematian, dan lebih efisien dari kita menggunakan foging," jelasnya.

Rangkuti juga telah meminta seluruh bidan desa yang ada di daerah ini dapat berperan aktif. Cara efektif yang harus dilakukan dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal 1 bulan 1 kali. 

"Ada beberapa hal yang menjadi tujuan utama kita tahun ini yaitu menurunkan angka penderita dan kematian. Tentu untuk turun, ada strategi yang tak bisa dinegosiasikan. Contoh PSN wajib digelar minimal itu satu bulan satu kali itu," ujarnya.

Ia mengatakan, Dinkes memiliki 84 bidan di desa, yang selalu diabsensi secara berkala siapa saja sudah melakukan dan siapa tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). "Karena sifatnya wajib PSN. Kita jaga kebersihan lingkungan yang dijadikan nyamuk sebagai tempat berkembang biak," harapnya.

Menurutnya, terdapat hal yang harus ditekankan di dalam PSN. Misalnya, membersihkan barang-barang bekas. Kemudian juga menghilangkan tempat-tempat penampungan air. Serta memperhatikan pot-pot bunga ada tanaman hidup dan berpotensi nyamuk bertelur. 

"Kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap mereka yang dicurigai terjangkit DBD untuk para bidan desa. Jadi tidak ada keterlambatan di dalam penanganan sehingga untuk terjadinya kematian itu bisa diminimalisir seperti itu," jelasnya.

Sementara, untuk fogging atau penyemprotan asap dengan bahan insektisida dikatakan Rangkuti, bukan cara efektif dalam memberantas nyamuk DBD(riu)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved