Kabar Pangkalpinang

Babel Masih Kekurangan Guru PLB, Ervawi Sebut Mayoritas SLB Diisi Guru Honorer Umum

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih mengalami kekurangan tenaga pengajar khusus untuk Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas di SLB.

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Sela Agustika
Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung Ervawi. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung Ervawi mengungkap, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih mengalami kekurangan tenaga pengajar khusus untuk Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Kata dia, sebagian besar tenaga pengajar di SLB merupakan guru honorer umum yang ditugaskan untuk mengisi kekosongan.

"Memang sampai hari ini kita kekurangan guru PLB, yang mengajar di SLB rata-rata masih guru umum," ujar Ervawi, Jumat (8/11).

Dia menyebut, Dinas Pendidikan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini, termasuk dengan menawarkan beasiswa kepada calon guru yang ingin melanjutkan pendidikan sebagai tenaga pengajar PLB. Namun, Ervawi mengakui minat terhadap profesi ini masih rendah.

Terdata total di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat 10 SLB, terdiri dari 7 sekolah negeri dan tiga sekolah swasta, dua di antaranya di Kota Pangkalpinang dan satu di Kabupaten Bangka. 

"Semua SLB kita kekurangan guru. Tahun kemarin, kami telah memberikan beasiswa bagi calon guru yang ingin menempuh pendidikan khusus di bidang PLB, kita mencoba menyekolahkan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Yogyakarta. Namun, proses ini membutuhkan waktu, lulusan PLB juga terbatas dan minatnya masih rendah," ucapnya. 

Menurut Ervawi, idealnya setiap kabupaten/kota memiliki minimal dua SLB, mengingat jarak antar daerah yang cukup jauh sering menjadi kendala.

Dia berharap situasi ini dapat diatasi dengan berbagai langkah strategis, termasuk dengan adanya rencana pendirian SLB baru di Kelapa pada tahun mendatang.

"Sebenarnya guru umum yang honorer di PLB banyak tapi ketika mereka ikut CPPPK tidak ada formasi di SLB. Jadi mereka ini ditempatlan di sekolah lainnya yang umum sehingga yang awalnya di SLB ini berkurang. Kita pengin ada kolaborasi dengan perguruan tinggi membuka jurusan PLB. Pun kalau tidak ada pelatihan khusus untuk guru-guru yang berminat mengajar PLB dilatih ilmu sehingga bisa mengajar dengan baik," ucapnya. 

YPAC Terapkan Pembelajaran Shift 

Sekolah Luar Biasa (SLB) YPAC Pangkalpinang mengaku masih kekurangan guru dan fasilitas sekolah.

Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Kepala Sekolah SLB YPAC Pangkalpinang, Inki. 

Ia mengungkapkan, dengan total 18 guru yang seluruhnya merupakan tenaga pengajar umum, SLB ini harus melayani 141 siswa dari berbagai jenjang, mulai dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) hingga Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). 

Para siswa di sini memiliki beragam kebutuhan khusus, termasuk autis, tunanetra, tunadaksa, tunarungu dan tunagrahita.

Dia menyebut, keterbatasan jumlah tenaga pendidik ini memaksa pihaknya untuk menerapkan sistem shift, terutama bagi siswa autis yang membutuhkan penanganan khusus.

"Untuk guru/tenaga pendidik disini memang kita kekurangan, khususnya guru PLB karena rata-rata di kita memang semuanya guru umum. Cara kita menangggulangi kekurangan saat ini pakai shif, seperti yang SD untuk kelas autis, butuh penangan khusus, tidak bisa digabung terlalu banyak," ungkap Inki kepada Bangkapos.com, Senin (11/11).

Menurut Inki, idealnya SLB ini membutuhkan tambahan dua guru PLB mengingat ketersediaan fasilitas yang juga terbatas. Tak dipungkirinya, keterbatasan tenaga pendidik dan fasilitas merupakan tantangan yang dihadapi oleh SLB yang ada di Bangka Belitung.

"Kalau dari segi kekurangan mungkin kita kurang dua guru PLB, mengingat kemampuan fasilitas/ruang kita juga cukupnya segitu. Namun memang jumlah ini masih kurang dan bahkan hampir semua SLB ini kekurangan guru, terkhususnya guru PLB," jelas Inki.

Dia berharap pemerintah dapat memberikan beasiswa bagi guru SLB yang ingin melanjutkan pendidikan kebutuhan khusus (PLB).
Selain itu dia juga menekankan pentingnya penyetaraan jenjang karir bagi tenaga pendidik di SLB, baik negeri maupun swasta.

"Kita menyambut baik kalau ada beasiswa PLB untuk guru-guru. Dan yang paling utama pemerintah juga melihat sekolah swasta. Kita berharap kita tenaga ini bisa disamaratakan, jadi kita yang honorer bisa juga ikut PPPK meskipun bukan tenaga PLB karena kami juga memiliki ilmu dan pengalaman ngajar di SLB," ucap Inki. (t3)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved