Kabar Pangkalpinang

Persentase Kemiskinan di Bangka Belitung Berada di Bawah Rata-rata Nasional

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (BPS Babel) melaporkan peningkatan jumlah penduduk miskin pada September 2024. 

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Sela Agustika
Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung saat menggelar rilis Berita Resmi Statistik (BRS) Kemiskinan, Rabu (15/1). 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (BPS Babel) melaporkan peningkatan jumlah penduduk miskin pada September 2024. 

Berdasarkan data Berita Resmi Statistik (BRS) kemiskinan, Rabu (15/1), persentase kemiskinan di Babel tercatat mencapai 5,08 persen, naik 0,53 persen poin dibandingkan Maret 2024 dan 0,47 persen poin dibandingkan September 2022. 

Jumlah penduduk miskin di Bangka Belitung tercatat sebanyak 78,58 ribu orang, meningkat 8,6 ribu orang sejak Maret 2024.

Meski demikian, Babel tetap berada di posisi kelima dengan tingkat kemiskinan terendah di tingkat nasional. 

Kepala BPS Babel Toto Haryanto menjelaskan, tren kemiskinan di Babel selama 10 tahun terakhir cenderung fluktuatif, meskipun secara angka persentase mengalami penurunan.

"Tingkat kemiskinan secara nasional tetap masih di bawah 5,3 persen dan pergerakan sedikit. Dari Maret 2014 hingga September 2024, jumlah penduduk miskin naik dari 71,64 ribu menjadi 78,58 ribu orang. Namun, secara persentase turun dari 5,36 persen menjadi 5,08 persen. Angka ini tetap di bawah rata-rata nasional," ujar Toto.

Toto menjelaskan, kenaikan kemiskinan di Babel dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK), serta dampak dari penertiban tambang ilegal.

"Ketika tambang ilegal ditertibkan, banyak masyarakat kehilangan pemasukan. Oleh karena itu, diperlukan langkah substitusi, seperti pengembangan sektor pertanian, untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tambang," ungkap Toto.

Selain itu secara garis kemiskinan, Babel menduduki posisi tertinggi kedua di Indonesia, setelah Papua. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi, khususnya di wilayah pedesaan. Konsumsi makanan yang lebih tinggi dibandingkan non-makanan turut menjadi penyebab meningkatnya garis kemiskinan.

"Konsumsi makanan masyarakat Babel cukup tinggi, sementara harga kebutuhan pokok dan barang non-makanan juga terus meningkat. Ini menjadi tantangan besar bagi kita," tambahnya.

Toto mengungkapkan, Babel perlu memaksimalkan potensi di sektor pertanian sebagai solusi jangka panjang. Penguatan ketahanan ekonomi desa, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta pengendalian inflasi menjadi langkah strategis yang perlu diambil. (t3)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved