Berita Bangka Selatan

Dinkes Bangka Selatan Gencarkan Deteksi Dini Tekan DBD

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan terus menekan angka fatalitas kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu.

Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin. 

TOBOALI, BABEL NEWS - Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan terus menekan angka fatalitas kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu. Caranya dengan meminta masyarakat melakukan deteksi dini untuk mencegah komplikasi serius. Termasuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta 3M+ yaitu mengubur, menguras dan menutup tempat berpotensi menampung air.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin menyebut selama periode Januari-Maret 2025 angka kasus kematian akibat DBD hanya terdapat satu kasus. Jumlah tersebut diklaim mengalami penurunan cukup signifikan dibanding periode sama pada tahun 2024 lalu. Di mana kasus kematian akibat DBD mencapai enam kasus dan semuanya merupakan kategori anak-anak.

"Kasus kematian dikarenakan DBD di Kabupaten Bangka Selatan memang cukup rendah pada triwulan pertama tahun 2025 ini," kata Slamet Wahidin, Senin (5/5).

Slamet Wahidin menyebut, rendahnya kematian maupun kasus DBD berdasarkan hasil evaluasi pada tahun 2024. Tingginya kasus DBD pada tahun lalu dikarenakan faktor cuaca yang sangat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Ditambah perilaku masyarakat yang tidak sehat terhadap kondisi lingkungan sekitar rumah menjadi faktor pendukung paling dominan.

"Jadi ketika masyarakat mulai mengisi tempat-tempat untuk menampung air tanpa ditutup dan tanpa dikuras akan menimbulkan jumlah jentik nyamuk. Maka risiko DBD pasti akan meningkat," papar Slamet Wahidin.

Diakuinya, deteksi dini penting untuk mengenali gejala awal DBD, seperti demam tinggi, nyeri otot, ruam dan sakit kepala. Oleh karenanya, guna mencegah komplikasi serius masyarakat harus segera melakukan konsultasi dengan tenaga medis jika mengalami gejala tersebut untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya berperan dalam penyampaian edukasi tentang gejala dan pentingnya deteksi dini. 

"Apabila DBD maka segera cek apakah trombositnya masih normal atau tidak. Jika trombositnya rendah, dehidrasi maka wajib untuk dilakukan rawat inap di rumah sakit," jelasnya.

Slamet Wahidin tetap mengimbau kepada masyarakat agar tidak lengah dan tetap menjaga lingkungan serta memberantas sarang nyamuk. Pihaknya mengajak warga untuk tetap melakukan PSN di sekitar lingkungan rumah masing-masing. 

"Kematian karena DBB rata-rata terjadi pada anak-anak terutama balita. Walaupun kasus DBD itu tidak memandang usia, dewasa pun bisa terkena DBD. Hanya anak-anak lebih rentan," pungkas Slamet Wahidin. (u1)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved