Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Berdampak Luas, Eti: Saya Sangat Miris
Karena itu, dia meminta para orang tua memberikan perhatian khusus kepada anak-anak mereka.
PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pangkalpinang Eti Fahriaty mengaku sangat miris melihat kondisi anak-anak saat ini yang sudah memahami hal-hal yang seharusnya belum wajar untuk mereka ketahui.
"Ini juga dilaksanakan setelah ada temuan saat kami gelar kasus, dan saya miris sekali melihat kondisi sekarang ini," kata Eti saat acara pembukaan pelatihan manajemen dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak, dan tindak pidana perdagangan orang di Fox Harris Hotel, Pangkalpinang, Selasa (19/7/2022) malam.
Karena itu, dia meminta para orang tua memberikan perhatian khusus kepada anak-anak mereka.
Orang tua diharapnya memahami mulai dari gerak-gerik, cara belajar di sekolah, ke mana pergi bermain, dan siapa teman dekat sang anak.
"Manakala kita beri uang jajan Rp20 ribu sehari, ternyata anak punya HP mahal harga puluhan juta rupiah, itu pun harus diselidiki dan banyak lagi hal-hal lain yang harus menjadi perhatian para orang tua," ujar Eti.
Pelatihan manajemen dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, kekerasan terhadap anak, dan tindak pidana perdagangan orang diikuti 80 peserta.
Mereka terdiri atas berbagai kalangan, antara lain, perwakilan kelurahan, guru bimbingan konseling (BK) SMP dan SMA negeri, dinas sosial, lembaga pembinaan khusus anak, forum anak, dan duta Genre.
Pelatihan yang dijadwalkan berlangsung pada 19-20 Juli 2022 tersebut dilatarbelakangi oleh kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang memberikan dampak negatif dan luas, tidak hanya terhadap korban, tetapi juga berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak dalam kehidupan satu keluarga.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Pangkalpinang mencatat, dalam kurun waktu dua bulan saja, yakni Januari-Februari 2022, telah terjadi 18 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Rinciannya, kasus kekerasan terhadap perempuan 11 kasus dan kekerasan terhadap anak sebanyak 7 kasus.
"Nanti, peserta pelatihan ini yang akan menyampaikan kepada masyarakat, karena kekerasan yang dihadapi perempuan dan anak bukan hanya berupa kekerasan fisik melainkan juga kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran pelaku," ujar Eti. (t2)