Kabar Belitung
Komitmen Garap Industri Perikanan dan Pariwisata Pulau Seliu, Kades Tunggu Pemerintah Bangun Jalan
Kepala Desa Pulau Seliu Edyar memaparkan komitmen pemerintah desa dan pihak swasta sebagai investor dalam mengembangkan industri perikanan.
TANJUNGPANDAN, BABEL NEWS - Kepala Desa Pulau Seliu Edyar memaparkan komitmen pemerintah desa dan pihak swasta sebagai investor dalam mengembangkan industri perikanan dan pariwisata.
Dalam merealisasikan hal tersebut, pihaknya mencanangkan kawasan seluas sekitar 250 Hektare (Ha) untuk pengembangan industri perikanan, mulai dari budidaya dan fasilitas perikanan terintegrasi. Kemudian sekitar 800 Ha akan digarap untuk pengembangan pariwisata seperti pembangunan second home atau rumah kedua bagi orang dari kota besar atau luar negeri yang ingin mencari ketenangan.
Dalam mendukung langkah tersebut, Edyar mengatakan perlu dukungan pemerintah dalam membangun jalan. Akses jalan tersebut meliputi jalan lingkar sepanjang 22 Kilometer dan jalan utama 11 Kilometer. Pengusulannya pun sudah dilakukan pada 2017 lalu.
"Kami sudah punya desain koordinat dan panjang jalan. Seliu akan dikonsep agar terintegrasi dengan baik," katanya, dalam program Dialog Ruang Kita Pos Belitung, Jumat (22/7).
"Dua tahun terakhir (kami memahami) tidak bisa ngapa-ngapain karena pandemi. Saya sampaikan bahwa Seliu berbicara industri pariwisata sudah mulai menggarap dan kami tunjukkan keseriusan, begitu juga pihak swasta, tinggal dukungan pemerintah untuk pembangunan jalar lingkar dan peningkatan jalan pemukiman dan jalan akses wisata," sambungnya.
Desain industri pariwisata di Desa Pulau Seliu memiliki konsep green island, sebagai pulau yang bebas polusi dan ramah lingkungan. Konsep jangka panjang yang pihaknya rencanakan yakni mengganti motor diesel menjadi motor listrik.
Makanya saat peluncuran Listrik 24 Jam Pulau Seliu, Edyar pun meminta PLN mengganti diesel menjadi solar panel sebagai pembangkit listrik di pulau yang berada di barat daya Pulau Belitung ini.
Beberapa pengembang atau developer juga membuat masterplan second home. Bahkan proses pembangunan satu unit rumah kayu tradisional yang dibangun dari kayu ulin Sulawesi ini diperkirakan rampung dalam sepekan.
Edyar mengatakan, pemerintah desa bekerja sama dengan Universitas Tarumanagara dalam membuat konsep pengembangan industri perikanan. Pulau yang memiliki penduduk sebanyak 1.045 jiwa ini memang sebagian besar bekerja sebagai nelayan.
Sayangnya, nelayan yang kebanyakan mendapat hasil tangkapan kepiting ini kadang harus menjual tangkapan dengan harga rendah. Bahkan baru-baru ini harga kepiting rajungan harganya hanya Rp35.000 per Kilogram.
"Kami bukan menghindari spekulasi dagang di pasar tapi harus melihat operasional nelayan cukup tinggi sehingga ketika harga kepiting anjlok, tidak bisa bayar operasional," katanya.
Makanya, pemerintah desa menginginkan agar hasil tangkapan nelayan bisa dikelola baik. Bersama pihak swasta, lanjut Edyar, mereka berencana mengembangkan fasilitas dan kebutuhan nelayan seperti pabrik es, cold storage, SPDN, dan pabrik makanan siap saji," jelasnya.
Dengan demikian, hasil tangkapan nelayan sebisa mungkin akan dikelola baik, bukan hanya menjual bahan baku, tapi menjadikan hasil tangkapan sebagai produk olahan khas Pulau Seliu.
Pemdes Pulau Seliu juga membuat program penyertaan modal koperasi nelayan Seliu untuk mengangkat kembali manajemen koperasi.
"Nanti koperasi akan mencari investor untuk membangun pabrik es, cold storage, SPBN, dan pabrik makanan siap saji. Yang ingin kami lakukan agar hasil tangkapan nelayan bermanfaat sehingga ketika bisa membangun pabrik makanan saji, harganya lebih baik," harapnya.
Selain membuat produk olahan kepiting, melalui industri perikanan ini juga akan dikembangkan budidaya udang vaname dan hasil laut lainnya. (del)