Kabar Pangkalpinang

2025, Momen UMKM Kembali Bangkit

Pemilik brand kuliner Sayap-Sayap Patah Resya menjadi satu di antara pelaku UMKM yang merasakan langsung dampak melemahnya daya beli masyarakat. 

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Sela Agustika
Gelaran bazar UMKM yang dilaksanakan di Alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang beberapa waktu lalu. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Pertumbuhan jumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia, termasuk di Bangka Belitung semakin menunjukkan perkembangan yang signifikan. Namun, tantangan untuk mempertahankan konsistensi dalam bisnis tetap menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku usaha, terutama di tengah kondisi ekonomi yang melemah sepanjang tahun 2024.

Di Kota Pangkalpinang, Pemilik brand kuliner Sayap-Sayap Patah Resya menjadi satu di antara pelaku UMKM yang merasakan langsung dampak melemahnya daya beli masyarakat. 

"Alhamdulillah, meskipun 2024 menjadi tahun yang berat, kami masih berusaha stabil. Memang dari daya beli ada penurunan yang lumayan dibanding dua tahun lalu. Tapi kuncinya kita terus bertahan inovasi dan konsistensi memberikan rasa terbaik kepada pelanggan," ujar Resya, Kamis (8/1).

Diakuinya, usaha yang ia rintis sejak tahun 2018 ini awalnya hanya menjual menu olahan ayam, namun kini berkembang dengan konsep prasmanan yang menawarkan beragam menu masakan.

Resya mengungkap, tantangan besar bagi pelaku usaha kuliner adanya kenaikan harga bumbu dapur, mengingat kenaikan harga tersebut memengaruhi biaya produksi dan omzet.

"Masakan kami banyak menggunakan cabai, baik cabai besar maupun kecil. Ketika harga cabai naik, kami harus berpikir karena bahan baku ini juga akan menentukan kualitas rasa, jadi kita selalu berkomitmen untuk konsisten," kata Resya.

Resya mengaku, produk kuliner dengan brand Sayap-Sayap Patah ini tidak hanya dijual di Pangkalpinang saja, namun dia juga sering memasarkan ke daerah lain-lain, bahkan sudah menjangkau pelanggan di luar daerah seperti Jakarta, Bandung hingga ke Turki.

"Produk kita bisa tahan beberapa hari, karena memang kita kemas khusus terutama seperti aneka sambal paru dan Alhamdulillah kita gencar promosi online sehingga sering kirim ke luar daerah," ucapnya.

Resya optimistis dan berharap tahun 2025 menjadi momen bagi UMKM kembali bangkit. 

"Semoga harga bahan pokok turun dan ekonomi Bangka Belitung kembali bergairah. Kami akan terus berinovasi agar tetap bisa memasarkan produk dengan baik," harapnya.

Senada dengan Mardina, pelaku usaha makanan khas Bangka, juga merasakan dampak menurunnya daya beli masyarakat pada 2024. 

Kata dia, biasanya pada momen tertentu seperti lebaran dirinya bisa memproduksi hingga 1 ton aneka getas dan ampiang. Namun, pada tahun kemarin ia hanya memproduksi kurang lebih setengah ton.

"Sekarang memang sulit, pertama banyak yang berjualan, terus ekonomi melemah tentu imbas ke daya beli. Kita sesama UMKM hampir meraskan hal sama tahun 2024 kemarin, tapi tetap saling mendukung. Inovasi adalah kunci kita untuk bertahan," ujar Dini.

Dia berharap, geliat perekonomian Babel ini bisa kembali normal dan menunjukkan gairah positif di tahun 2025. (t3)

 

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved