Berita Bangka Selatan

Satu Hektare Sawah Capai 7 Ton Gabah, Petani Rias Mulai Panen Padi

Petani padi di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, mulai memasuki masa panen.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
PANEN PADI – Seorang pengemudi combine harvester ketika melakukan panen padi di lahan persawahan milik warga di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Senin (24/2/2025). Hingga kini sudah enam hektare lahan sawah di desa itu sudah dipanen secara parsial. 

TOBOALI, BABEL NEWS - Petani padi di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, mulai memasuki masa panen. Diprediksi dalam beberapa pekan ke depan akan memasuki masa panen raya. Diharapkan ketersediaan bahan pangan dalam daerah cukup saat momen bulan suci Ramadan dan Idulfitri tahun 2025 ini.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sepakat Jaya, Desa Rias, Aryanto mengatakan, saat ini beberapa orang petani mulai panen padi secara parsial sejak pekan kemarin. Panen parsial yakni sebagian lahan padi sudah siap panen, tetapi sebagian lainnya belum. Hingga kini sudah beberapa hektare lahan sawah milik petani dengan produktivitas gabah hasil panen hingga mencapai 42 ton.

"Sampai hari ini kurang lebih ada enam hektare lahan yang sudah memasuki musim panen secara bertahap. Panen raya bulan Maret-April 2025," kata Aryanto, Senin (24/2).

Menurutnya, petani yang mulai memasuki masa panen pada bulan Februari 2025 karena mereka telah terlebih dahulu melakukan musim tanam pada akhir 2024. Sementara areal persawahan produktif di Desa Rias mencapai luas hingga 2.500 hektare. 

Pada musim tanam akhir tahun 2024 hanya sebesar 60 persen atau seluas 1.500 hektare lahan yang diolah oleh petani. Sisanya sebesar 40 persen atau 1.000 hektare lahan tidak diolah karena terkendala sarana dan prasarana persawahan belum optimal.

Ditambah terdapat beberapa kelompok tani menggunakan sistem budi daya indeks pertanaman (IP) 100. Tergantung dari kondisi lahan dan perairan di persawahan masing-masing. Diketahui IP yaitu rata-rata jumlah kali panen padi dalam satu tahun pada lahan yang sama. IP padi dapat digunakan untuk mengetahui seberapa sering lahan sawah dapat ditanami padi kembali.

"Alhamdulillah hasilnya cukup lumayan banyak. Satu hektare lahan yang sudah dipanen rata-rata sudah mencapai lima sampai tujuh ton per hektare," jelas Aryanto.

Di sisi lain sambung dia, mayoritas petani turut menyambut positif kebijakan pemerintah menetapkan harga pembelian gabah kering panen sebesar Rp 6.500 per kilogram. Kewajiban itu berlaku bagi Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan penggilingan-penggilingan padi. 

Harga acuan itu setidaknya bisa berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan para petani padi. Karena jika harga gabah jatuh, petani akan merugi dan berdampak negatif pada produksi di musim tanam berikutnya.

Tidak hanya itu sebelum adanya kebijakan itu petani kerap menjual gabahnya kepada tengkulak yang menawarkan harga lebih baik dengan sistem penjualan lebih mudah. Tidak jarang tengkulak juga memainkan harga dengan alasan kualitas gabah petani kurang baik. 

Hal ini menyebabkan petani terpaksa menjual dengan harga jauh di bawah harga pembelian pemerintah. Sehingga keuntungan para petani dalam sekali panen sangat terbatas.

"Harganya saat ini gabah kering giling panen standarnya memang itu. Penggilingan maupun swasta harus membeli dengan harga yang sama. Kalau membeli lebih tinggi juga diperbolehkan," ucapnya.

Meskipun demikian kata Aryanto, petani sebagai mitra pemerintah perlu mendapat sentuhan stimulus. Hal itu guna merangsang produktifitas merek dalam meningkatkan sektor pertanian. Terpenting mampu memastikan stok pangan tersedia untuk mewujudkan program swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Kendala saat ini hanya hama burung karena masa tanam pertama. Masa panen kedua hingga ketiga dipastikan aman. Masih bisa diatasi semuanya dan tidak menghambat," pungkas Aryanto(u1)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved