Rusydi Sulaiman Dikukuhkan sebagai Guru Besar IAIN SAS Babel 

Hingga saat ini, IAIN SAS Bangka Belitung telah memiliki lima guru besar.

Editor: suhendri
Dok. IAIN SAS Bangka Belitung
PENGUKUHAN GURU BESAR - Rusydi Sulaiman dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pengkajian Islam IAIN SAS Bangka Belitung melalui Sidang Senat Terbuka di Aula Gedung Terpadu IAIN SAS Bangka Belitung, Selasa (3/6/2025). 

MENDO BARAT, BABEL NEWS - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik (SAS) Bangka Belitung mengukuhkan Rusydi Sulaiman sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pengkajian Islam (Islamic Studies) melalui Sidang Senat Terbuka di Aula Gedung Terpadu IAIN SAS Bangka Belitung, Selasa (3/6/2025).
Pengukuhan ini dipimpin langsung oleh Rektor IAIN SAS Bangka Belitung, Irawan

Irawan menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas capaian akademik tertinggi yang diraih oleh Rusydi.

“Pencapaian ini merupakan tonggak penting, tidak hanya bagi Prof Dr Rusydi Sulaiman secara pribadi, tetapi juga bagi institusi. Gelar guru besar ini turut mendukung peningkatan akreditasi program studi dan institusi, serta menjadi langkah strategis menuju perubahan status IAIN menjadi UIN,” kata Irawan dalam rilis yang diterima Bangka Pos

Hingga saat ini, lanjut dia, IAIN SAS Bangka Belitung telah memiliki lima guru besar. Ia berharap capaian tersebut dapat menjadi motivasi bagi akademisi lainnya untuk terus berkontribusi dalam dunia keilmuan.

“Semoga bertambahnya jumlah guru besar menjadi inspirasi dan mendorong kemajuan kampus ini di masa mendatang,” ujar Irawan.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi atas kelancaran kegiatan Sidang Senat Terbuka tersebut.

“Kami berharap pencapaian ini bisa memberikan dampak positif, tidak hanya bagi IAIN SAS Bangka Belitung, tapi juga bagi masyarakat secara luas,” tutur Irawan.

Dalam kesempatan tersebut, Rusydi Sulaiman menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Islam sebagai Agama  Samawi: Kontekstualisasi Studi Islam untuk Mengatasi Stagnasi Peradaban.”

Rusydi mengungkapkan bahwa Islam sebagai agama samawi mengalami supremasi pada masa-masa awal penyebarannya.

Namun, dalam perjalanannya, Islam menghadapi tantangan stagnasi dalam kehidupan sosial-keagamaan.

“Ada beberapa faktor penyebab melemahnya daya tarik Islam, di antaranya adalah pemahaman keagamaan yang normatif dan parsial, minimnya jumlah ulama, lemahnya metodologi pemahaman keislaman, simbolisasi berlebihan, dan eksklusivitas yang kurang ramah,” kata Rusydi.

Dia menekankan pentingnya kontekstualisasi studi Islam melalui tiga pendekatan utama, yakni legal-formal, akademik, serta transformasi sosial-keagamaan, guna mewujudkan masyarakat madani yang inklusif, khususnya di wilayah Kepulauan Bangka Belitung.

“Agama Islam tidak boleh hanya berhenti pada tataran konsep. Harus ada upaya konkret agar ajaran-ajarannya bisa menjawab tantangan zaman secara kontekstual,” ujar Rusydi.

Menurutnya, peran akademisi sangat penting dalam menjaga kesinambungan peradaban.

“Akademisi adalah predikat yang sangat dihargai manusia dan juga oleh Tuhan sebagai realitas tertinggi,” kata Rusydi.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved