Berita Bangka Selatan
DBD Tembus 129 Kasus, Pemkab Bangka Selatan Minta Masyarakat Waspada
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan meminta masyarakat di daerah itu untuk waspada serangan nyamuk aedes aegypti.
TOBOALI, BABEL NEWS - Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan meminta masyarakat di daerah itu untuk waspada serangan nyamuk aedes aegypti. Akibatnya, selama tujuh bulan terakhir kasus demam berdarah dengue (DBD) tembus hingga ratusan kasus serta menambah keterisian ruang perawatan di fasilitas kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa mengatakan, kasus DBD di daerah itu terus mengalami peningkatan setiap bulannya. Dalam kurun waktu sebulan terakhir kasus DBD bertambah 36 kasus menjadi 129 kasus.
Dari jumlah itu, satu kasus DBD di antaranya menyebabkan kematian pada bulan Februari 2025. "Saat ini memang yang paling banyak dirawat di rumah sakit maupun puskesmas adalah pasien DBD," kata Agus Pranawa, Sabtu (23/8).
Agus Pranawa membeberkan tren kasus DBD selama satu bulan terakhir memang mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada bulan Januari tercatat ada 15 kasus DBD, pada bulan Februari meningkat empat kasus menjadi 19 kasus dengan satu kasus meninggal dunia. Sementara pada bulan Maret cenderung mengalami penurunan sebanyak tujuh kasus menjadi 12 kasus. Bulan April justru mengalami kenaikan satu kasus dan tembus 13 kasus.
Sedangkan pada bulan Mei mengalami penurunan satu kasus menjadi 12 kasus. Akan tetapi, pada bulan Juni justru mengalami kenaikan kasus cukup signifikan hingga tembus 22 kasus. Terakhir pada bulan Juli bertambah 16 kasus dan mencapai 36 kasus.
Kondisi ini tentunya dianggap sangat mengkhawatirkan jika tidak segera tertangani, terutama di kawasan padat penduduk. "Kasus DBD tersebar merata hampir di semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan," jelas Agus Pranawa.
Untuk wilayah dengan kasus DBD paling tinggi lanjut dia, masih berada di wilayah kerja Puskesmas Toboali dengan persentase 50,38 persen atau 65 kasus dan satu kasus meninggal dunia. Disusul Puskesmas Airgegas dengan 23 kasus atau 17,82 persen dan Puskesmas Payung 14,72 persen atau 19 kasus DBD. Dilanjutkan Puskesmas Tanjung Labu dengan delapan kasus atau 6,20 persen.
Selanjutnya, Puskesmas Air Bara persentase mencapai 5,42 persen atau sebanyak tujuh kasus. Puskesmas Tiram dengan empat kasus atau persentase 3,1 persen. Kemudian, Puskesmas Rias persentase 1,55 persen atau dua kasus. Terakhir Puskesmas Kepulauan Pongok dengan satu kasus atau 0,77 persen.
Sementara Puskesmas Batu Betumpang dan Puskesmas Simpang Rimba masih nihil kasus DBD selama tujuh bulan terakhir. "Memang untuk kasus DBD sebaran paling tinggi setiap tahunnya berada di wilayah kerja Puskesmas Toboali," paparnya.
Agus Pranawa mengajak masyarakat untuk terus menggiatkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) hingga Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri. Kedua program tersebut dinilai sangat efektif untuk mencegah penyakit demam dengue dan DBD.
Masyarakat diharuskan lebih peka terhadap kebersihan lingkungan sekitar. Utamanya dalam penerapan 3M+ menguras, menutup dan mengubur tempat penyimpanan air serta memakai losion.
"Ini adalah upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD. Karena fogging (Pengasapan-Red) itu tidak efektif untuk mencegah DBD karena hanya membunuh nyamuk dewasa," pungkas Agus Pranawa. (u1)
Tak Hanya Andalkan Fogging
PEMERINTAH Kabupaten Bangka Selatan, mengajak masyarakat untuk tidak tergantung dengan fogging alias pengasapan guna memberantas demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, fogging tidak bisa dilakukan sembarangan dan hanya dilakukan setelah ada laporan kasus DBD tinggi atau pasien meninggal dunia berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE).
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Selatan, dr Agus Pranawa berujar tidak semua kasus DBD memerlukan fogging. Hal ini karena fogging hanya membunuh nyamuk yang dewasa. Ketika orang banyak melakukan fogging secara mandiri, menggunakan insektisida secara bebas, maka ada kemungkinan nyamuk menjadi resisten terhadap insektisida.
"Selain itu fogging menjadi tidak efektif. Karena hanya membunuh nyamuk dewasa, tapi jentik nyamuk tidak mati," ujar Agus Pranawa, Sabtu (23/8).
Menurutnya fogging diperlukan ketika ditemukan kasus transmisi lokal atau penularan DBD setempat. Kegiatan ini diperlukan guna membasmi nyamuk dewasa. Akan tetapi, PSN adalah kegiatan yang lebih efektif mengendalikan serangan DBD.
Dengan rutin melakukan PSN, populasi nyamuk penyebab DBD bisa dikontrol. Setiap kepala desa maupun lurah diimbau agar tetap melakukan aksi gotong-royong di lingkungannya masing-masing sebagai upaya PSN. "Dengan kesadaran masyarakat terkait dengan kebersihan lingkungan. Jadi DBD ini bisa diberantas bisa dicegah dan dikendalikan," jelas Agus Pranawa.
Selain PSN, untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu Jumantik. Jumantik bertugas memantau jentik nyamuk yang ada di sekeliling tempat tinggal. Terutama di tempat-tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk seperti di bak mandi karena jarang dikuras hingga genangan air di sampah kaleng atau plastik kemasan air minum.
Agus Pranawa turut mengimbau masyarakat yang keluarganya mengalami sakit untuk segera dibawa ke Puskesmas maupun rumah sakit. Khususnya jika mengalami demam sudah lebih dari tiga hari tidak turun. "Jika anak-anak demam segera bawa ke Puskesmas atau rumah sakit," ucap Agus Pranawa. (u1)
Pemkab Bangka Selatan Ajak Masyarakat Sukseskan Program POPM, Slamet: Bunuh Cacing Filariasis |
![]() |
---|
DPRD Bangka Selatan Dukung Kenaikan Insentif Guru Nonformal |
![]() |
---|
11 Putra-putri Petani Sawit di Bangka Selatan Dapat Beasiswa Kuliah |
![]() |
---|
Bahas Bersama, Pemkab dan DPRD Bangka Selatan Sepakati APBD-P 2025 Khusus Sektor Prioritas |
![]() |
---|
Tampilkan Batik Khas Daerah, Bangka Selatan Gelar Fashion Show Wastra Nusantara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.