TANJUNGPANDAN, BABEL NEWS - Anak-anak dengan kebutuhan khusus bukan untuk disembuhkan, melainkan didampingi dan diberi ruang untuk berkembang.
Itulah pesan utama dari Founder Mental Health Center Belitung, Eis Masitah, dalam kegiatan Parenting Class yang digelar untuk memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia di Belitung, Jumat (25/4).
"Anak-anak spesial ini treatmentable, mereka bisa berkembang dengan terapi dan pendampingan yang tepat. Tapi kalau terlambat dikenali, potensi mereka jadi terhambat," ujar Eis.
Ia mengingatkan, bahwa usia emas 0-5 tahun adalah periode paling krusial untuk intervensi seperti terapi okupasi, wicara, perilaku, atau dukungan psikologis.
Sayangnya, masih banyak orang tua yang baru menyadari hambatan perkembangan anak saat mereka hendak masuk sekolah dasar.
Padahal, keterlambatan bicara (speech delay) adalah hambatan paling umum yang sering ditemukan di Belitung.
"Kalau anak usia tiga tahun belum ada kosakata, segera lakukan asesmen tumbuh kembang," jelasnya.
Eis juga menyoroti pentingnya pemahaman mendalam terhadap hasil pemeriksaan.
"Hasil skrining atau tes IQ jangan ditafsirkan sendiri. Minta psikolog untuk menjelaskan. Banyak salah paham terjadi karena hasil dibaca sepotong-sepotong," tegasnya.
Selain soal deteksi dini, Eis menekankan pentingnya pendidikan inklusif yang benar-benar memfasilitasi keragaman kemampuan anak.
Ia menyebut beberapa sekolah seperti SDN 19, SDN 9, dan SDN 38 Tanjungpandan yang mulai menerapkan sistem inklusi.
Namun ia mengingatkan, inklusi bukan berarti memisahkan anak special needs dengan para siswa lain.
Tapi justru harus ditempatkan di kelas yang sama, agar para siswa juga memahami keberagaman dan mampu hidup berdampingan.
"Anak-anak ini bukan untuk dibandingkan, tapi untuk diakui keberadaannya. Buat orang tua, juga jangan takut ke psikolog," tutur Eis.
Melalui kegiatan ini, para orang tua diajak membuka mata bahwa setiap anak punya potensi unik yang hanya bisa berkembang jika diberikan kesempatan, pendampingan, dan lingkungan yang memahami. (del)