PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Sejak beberapa tahun lalu, volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Parit Enam, Kelurahan Bacang, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, sudah melebihi kapasitas.
Kondisi ini menunjukkan lemahnya sistem pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
Demikian disampaikan Koordinator Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Bangka Belitung (UBB), Occa Roanisca.
Occa menyebutkan, dampak pencemaran akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik sangat nyata, mulai dari risiko lindi yang mencemari tanah dan air tanah, hingga gas-gas berbahaya seperti metana, amonia, dan hidrogen sulfida yang meracuni udara.
"Gas-gas ini tidak hanya mencemari udara, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat. Gejala seperti sesak napas, mual, pusing, bahkan gangguan psikologis akibat stres lingkungan bisa terjadi. Ini jelas menurunkan kualitas hidup warga, terutama yang tinggal di sekitar TPA," kata Occa kepada Bangka Pos, Rabu (4/6/2025).
Karena itu, menurut Occa, kondisi volume sampah di TPA Parit Enam yang telah melampaui kapasitas tersebut merupakan persoalan krusial yang menuntut penyelesaian dengan langkah strategis dan sistematis, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
"Langkah awal yang harus dilakukan adalah edukasi intensif kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah organik dan anorganik dari sumbernya. Ini adalah kunci utama untuk menekan volume sampah yang masuk ke TPA," ujar Occa.
Selain itu, lanjut dia, pengelolaan sampah organik juga dapat didorong melalui teknologi tepat guna seperti pembuatan kompos, pupuk cair, dan ecoenzim yang bisa diterapkan di tingkat rumah tangga, komunitas, hingga kelurahan.
Adapun untuk mengatasi limbah plastik, Occa menyarankan penggunaan teknologi pirolisis, yakni proses kimia yang dapat mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak seperti solar dan bensin.
"Dengan pendekatan teknologi seperti ini, kita tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan nilai ekonomis dari limbah yang selama ini dianggap tak berguna," katanya.
Pendekatan pentahelix
Occa pun menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pendekatan pentahelix, melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media, untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang inovatif dan berbasis riset.
"Kita harus mendorong riset bersama, baik untuk mengembangkan teknologi seperti pirolisis maupun untuk pendampingan masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas. Jangan sampai solusi hanya sebatas program seremonial tahunan," ujarnya.
Occa juga mendesak pemerintah daerah untuk mempertimbangkan pemindahan atau pengembangan TPA baru yang mengusung konsep modern seperti sanitary landfill, zero waste system, atau waste to energy.
Namun, ia menegaskan bahwa langkah ini tidak akan efektif tanpa dibarengi dengan edukasi dan penguatan sistem daur ulang di tingkat masyarakat.