Berita Bangka Selatan
Dua Pekan, Alami Serangan Patek Beruntun, Petani Cabai di Rias Merugi
Selama hampir dua pekan terakhir, kebun cabainya diserang hama dan penyakit yang membuat hasil panen merosot tajam.
TOBOALI, BABEL NEWS - Dari kejauhan tampak barisan tanaman cabai yang mulai menguning, sebagian daunnya menggulung dan memucat. Sementara beberapa buah memerah namun penuh bercak hitam.
Di antara hamparan itu, Ponijo (35), seorang petani cabai di Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, hanya bisa menghela napas panjang. Selama hampir dua pekan terakhir, kebun cabainya diserang hama dan penyakit yang membuat hasil panen merosot tajam.
Serangan hama itu datang bertubi-tubi. Patek alias antraknosa, busuk akar, daun keriting dan bercak daun membuat pertumbuhan tanaman melemah.
Ponijo mengatakan, kondisi tersebut sudah berlangsung nyaris setengah bulan dan semakin parah dari hari ke hari. Serangan hama dan penyakit ini sangat mengganggu, tak menutup kemungkinan membuat petani cabai terancam gagal panen.
"Sangat mengganggu soalnya serangan penyakit pada tanaman cabai banyak. Contohnya patek, busuk akar, daun keriting sampai bercak daun," kata Ponijo, Sabtu (15/11).
Akibat serangan penyakit ini, hasil produksi Ponijo turun drastis. Dalam kondisi normal, sekali petik ia mampu memperoleh sekitar 50 kilogram cabai. Namun kali ini hasilnya merosot tajam hampir 20-30 persen.
Saat ini dirinya hanya bisa panen kurang lebih mencapai 40 kilogram per sekali panen. Penurunan itu tidak hanya mengancam keberlanjutan panen, tetapi juga pendapatan rumah tangganya.
Dengan harga cabai kecil di tingkat petani mencapai Rp40.000 per kilogram dan cabai besar Rp55.000 per kilogram. Potensi kerugian bisa semakin besar apabila kondisi memburuk. "Serangan hama dan penyakit mempengaruhi harga cabai. Karena kualitasnya juga turun," ujar Ponijo.
Ponijo mengaku harga cabai memang cenderung naik saat musim hujan karena pasokan menurun. Namun kondisi ini justru tidak sepenuhnya menguntungkan petani, sebab kenaikan harga tidak sebanding dengan hasil panen yang hilang.
Sejumlah petani di wilayah itu juga merasakan hal sama, meski skalanya berbeda-beda. Namun sebagian memilih tidak banyak bersuara karena khawatir tidak ada solusi cepat yang bisa diberikan.
Di tengah kekhawatiran gagal panen, Ponijo berharap pemerintah bisa turun tangan memberikan bantuan atau pendampingan. Setidaknya, ia ingin mendapat solusi teknis untuk mengantisipasi serangan patek dan penyakit lainnya agar tidak kembali terjadi pada musim tanam berikutnya.
Bantuan yang ia maksud bukan hanya berupa pestisida, tetapi juga dukungan teknis, seperti pelatihan budi daya yang sesuai dengan pola cuaca ekstrem. "Termasuk penggunaan varietas tahan penyakit, hingga pendampingan lapangan dari penyuluh pertanian," ucapnya.
Ponijo menegaskan, petani pada dasarnya siap bekerja keras. Tetapi tanpa dukungan penanganan hama terpadu, mereka merasa sendirian menghadapi ancaman penyakit yang datang berulang setiap musim hujan.
Meski kondisi kebunnya tidak lagi sebaik awal musim tanam, Ponijo tetap berupaya menyelamatkan tanaman yang masih bisa dipertahankan. Ia terus melakukan perawatan semampu yang ia bisa. "Dari membersihkan daun dan buah yang terinfeksi hingga menyemprot pestisida sesuai kemampuan," pungkas Ponijo. (u1)
| Sembilan Pemuda Tepergok Hendak Tawuran |
|
|---|
| Cegah Hoaks di Media Sosial, Pemkab Bangka Selatan Perkuat Literasi Digital Pelajar |
|
|---|
| Polairud Bangka Selatan Gotong Royong Bersihkan Masjid Nurul Iman |
|
|---|
| Peningkatan Pelayanan Kesehatan di RSUD Junjung Besaoh, 2026, Layanan Cuci Darah Beroperasi |
|
|---|
| Polisi Serahkan Tiga Tersangka ke Kejari Bangka Selatan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/Petani-Cabai-di-Desa-Rias-Bangka-Selatan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.