Kabar Pangkalpinang

Kebutuhan Cabai 6.000 Ton per Tahun, Pasokan Masih Dominan Didatangkan dari Luar Daerah

Kebutuhan tahunan dua varietas cabai yaitu cabai merah keriting dan cabai rawit merah mencapai 5.000 ton hingga 6.000 ton.

Editor: Rusaidah
Bangka Pos/Sela Agustika
Komoditi bumbu dapur cabai rawit mengalami kenaikan harga yang signifikan mencapai Rp10 ribu per ons atau dijual Rp80 ribu per kilogram. 

PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Kebutuhan tahunan dua varietas cabai yaitu cabai merah keriting dan cabai rawit merah mencapai 5.000 ton hingga 6.000 ton di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Romdhoni mengungkap, pemenuhan kebutuhan cabai rawit masih jauh dari harapan, dengan hampir setengah dari kebutuhan tersebut masih dipasok dari luar daerah. Sedangkan cabai merah keriting sudah mampu memenuhi kebutuhan saat ini. 

Edi menjelaskan, petani di Bangka Belitung cenderung lebih memilih untuk menanam cabai merah keriting atau cabai besar. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan cabai rawit masih kurang, dengan kebutuhan yang belum terpenuhi sekitar 3.000 ton. 

"Petani di Babel untuk urusan cabai ini lebih cenderung menanam cabai merah keriting atau besar. Sedangkan cabai rawit ini tidak banyak, sehingga sewaktu-waktu ketika stok berkurang harga ini tinggi. Terus kalau kita lihat dari alasan para petani biaya panen yang dibutuhkan untuk cabai rawit lebih tinggi dari cabai merah dan memerlukan perawatan yang lebih intens," ujar Edi kepada Bangkapos.com, Kamis (26/9).

Di tengah tantangan ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan terus berupaya mengedukasi para petani milenial untuk bergabung dalam kelompok tani. 

Edi menyebut, bahwa saat ini terdapat sekitar 150 ribu petani di provinsi ini, tetapi hanya 20 persen yang terlibat dalam sektor hortikultura dan pangan.

"Petani yang terlibat pada komdoti cabai ini hanya petani-petani itu-itu saja sehingga kita perlu menambah jumlah petani holtikulturan ini dengan merangkul petani milenial," ucap Edi.

Edi menyatakan, hanya 20 persen dari kebutuhan pangan yang dapat dipenuhi oleh petani lokal, sedangkan 80 persen masih harus didatangkan dari luar daerah.

Ia mengajak agar semua stakeholder terkait bisa saling berkolaborasi dalam menjaga ketahanan pangan.

"Meskipun pangan kita banyak dari luar, yang terpenting adalah memastikan pasokan agar ketahanan bahan pangan ini bisa terjaga dan sampai ke konsumen dengan harga yang terjangkau," jelasnya. 

Sementara itu Dinas Koperasi, Perdagangan dan UMKM (Diskopdag dan UMKM) Kota Pangkalpinang mencatat 3,7 persen bahan pokok pada perdagangan, Rabu (25/9) di wilayah pasar Pangkalpinang mengalami kenaikan.

Kenaikan harga bahan pokok ini salah satunya terjadi pada komoditi cabai rawit merah lokal yang saat ini melonjak. 
Kepala Dinas Diskopdag dan UMKM Kota Pangkalpinang Andika Saputra mengatakan, kenaikan harga yang terjadi pada komoditi cabai rawit ini disebabkan karena stok dari petani yang terbatas. 

Bukan hanya cabai rawit lokal saja, Andika menyebut, kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit dari luar dengan kisaran kenaikan Rp1.000 per kilogram. 

"Cabai rawit ini rata-rata saat ini pedagang jual yang dari luar dengan harga jual Rp56 ribu per kilogram. Cabai kampung saat ini memang stok terbatas jadi harga jual tinggi," ungkap Andika.

Diakui Andika, harga bahan pokok ini setiap hari bisa terjadi perubahan, terlebih karena faktor cuaca yang ikut mempengaruhi harga komoditi ini naik turun.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved