Berita Bangka Barat
Dinkes Bangka Barat Berikan Susu dan Suplemen Penambah Nafsu Makan Bagi Anak Stunting
Dinas Kesehatan Bangka Barat membagikan makanan pendamping bergizi kepada sejumlah anak yang terindikasi stunting di wilayahnya.
SIMPANG TERITIP, BABEL NEWS - Tim Pelayanan Kesehatan dari Dinas Kesehatan Bangka Barat membagikan makanan pendamping bergizi kepada sejumlah anak yang terindikasi stunting di wilayahnya. Bantuan ini diberikan kepada 75 anak stunting di Kecamatan Simpang Teritip.
Apabila dilihat per Puskesmas di Bangka Barat, Simpang Teritip menjadi kecamatan dengan stunting tertinggi dengan prevalensi 12,8 persen. Disusul Puskesmas Desa Kundi, Jebus, Tempilang, Kelapa, Sekarbiru, Desa Puput dan Mentok.
Kepala Dinkes Bangka Barat, Muhammad Sapi'i Rangkuti mengatakan, pemerintah daerah terus berupaya menurunkan angka stunting dengan berbagai cara. Satu di antaranya, dengan penyerahan bantuan kepada anak stunting yang dilakukan belum lama ini.
"Penyerahan bantuan 75 paket jumlah anak yang stunting di Kecamatan Simpang Teritip. Jadi kita undang bersama ibunya serta seluruh Kades dan Kabid juga kita serahkan bantuan untuk empat bulan," kata Rangkuti, Rabu (6/11).
Ia mengakui, bantuan yang diberikan ke Simpang Teritip berupa susu dan suplemen penambah nafsu makan. "Ada dua jenis, satu susu satu suplemen. Suplemen ini bertujuan untuk memberikan perangsang atau stimulasi kepada anak-anak agar yang tidak memiliki nafsu makan akan jadi sedikit agak rakus. Susu itu cukup untuk satu bulan," jelasnya.
Diakuinya, total nilai bantuan untuk anak-anak stunting kurang lebih Rp500 juta. Menurutnya, bantuan ini juga tidak hanya diberikan di Kecamatan Simpang Teritip. Namun, menyebar ke kecamatan lain yang ada di Bangka Barat.
Rangkuti mengatakan, Dinkes memasang target untuk menurunkan 50 persen prevalensi stunting di Simpang Teritip yang memang menjadi perhatian khusus. "Jadi memang target kita bagaimana Simpang Teritip ini memang jadi perhatian khusus kita karena stuntingnya tertinggi. Itu kita tekan harus turun setengah, 50 persen target kita," tegasnya.
Rangkuti menjelaskan, latar belakang stunting ini panjang jika dilihat ke hulunya. Dilatarbelakangi oleh kemiskinan, dari kemiskinan ini akan melahirkan banyak hal. "Misalnya pernikahan dini, tidak bersekolah, kemudian hal -hal lain yang bermunculan sehingga dari rentetan ini muncul lah stunting tadi," katanya.
Menurutnya, permasalahan stunting tidak bisa diatasi dalam jangka pendek, tapi harus jangka panjang melibatkan seluruh komponen masyarakat. "Penyelesaian jangka pendek tidak bisa, berarti harus jangka panjang. Karena kemiskinannya yang jadi titik hulu. Untuk mengatasi ini tanggung jawab seluruh komponen," ujarnya.
Diakuinya, dinas kesehatan berkomitmen untuk menurunkan angka stunting yang sudah tentu membutuhkan energi besar dan kerja sama lintas sektor. "Jadi bukan hanya dari sini, dari desa, tokoh-tokoh masyarakat juga. Apa fungsi mereka? Bagaimana bisa mencegah anak-anak kita tidak nikah cepat karena masih dalam pertumbuhan. Usia 13-14 tahun belum waktunya untuk menikah," harapnya. (riu)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.