Berita Bangka Selatan

DBD Renggut Nyawa Satu Orang, Awal 2025, Ada 10 Kasus di Toboali

Satu orang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Selatan, pada awal tahun 2025 ini.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
PENABURAN BUBUK ABATE – Petugas Puskesmas Toboali saat melakukan penaburan bubuk abate di tempat penampungan air milik warga di Kelurahan Tanjung Ketapang, Selasa (4/2/2025). Penaburan Bubuk Abate sebagai upaya pengendalian penyakit DBD. 

TOBOALI, BABEL NEWS - Satu orang meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bangka Selatan, pada awal tahun 2025 ini. Sementara sembilan orang lainnya dinyatakan pulih usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit. 

Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Toboali, dr Annisa Nur Intan mengatakan, hingga awal Februari 2025 kasus DBD di Kecamatan Toboali telah tembus sebanyak 10 kasus. Mayoritas kasus tersebut diderita oleh kelompok usia anak-anak. Dari jumlah kasus DBD terdata menyebabkan satu orang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Junjung Besaoh.

"Total ada 10 kasus. Sembilan kasus selama bulan Januari 2025 dan satu kasus meninggal dunia awal bulan Februari," kata Annisa Nur Intan, Selasa (4/2).

Annisa Nur Intan mengungkapkan, sebaran kasus tersebut tersebar merata hampir di semua wilayah. Akan tetapi, yang menjadi lokus utama penyebaran kasus DBD yakni Kelurahan Tanjung Ketapang, Kelurahan Teladan, Kelurahan Toboali dan Desa Gadung. Memasuki puncak musim penghujan masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman penyakit menular.

Upaya pencegahan perlu diperhatikan bersama dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan. "Kasus DBD sementara ini tersebar di tiga kelurahan dan satu desa," ujar Annisa Nur Intan.

Ketika musim penghujan lanjut dia, diklaim akan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk penular penyakit demam berdarah. Masalah ini disebabkan banyak sampah, seperti kaleng bekas, ban bekas, dan tempat-tempat yang terisi air. Sudah seharusnya masyarakat memastikan tempat-tempat itu tidak menjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Kondisi itu turut diperparah dengan kondisi daya tahan tubuh yang tidak sehat. Dampaknya membuat bakteri dan virus berkembang masuk ke tubuh manusia lalu menyebabkan penyakit. 

Oleh karena itu, pemerintah mengajak masyarakat untuk terus menggiatkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) hingga Juru Pemantau Jentik (Jumantik) mandiri. Kedua program tersebut dinilai sangat efektif untuk mencegah penyakit demam dengue dan DBD.

"Potensi DBD meningkat bisa saja terjadi karena curah hujan sangat tinggi. Banyaknya genangan menyebabkan jentik nyamuk berkembang biak, PSN kunci utamanya," jelasnya.

Annisa berharap masyarakat bisa lebih peka terhadap kebersihan lingkungan sekitar. Utamanya dalam penerapan 3M+ menguras, menutup dan mengubur tempat penyimpanan air serta memakai losion. Upaya efektif untuk memberantas dan mencegah penyebaran DBD adalah menetapkan satu rumah satu Jumantik.

"Kami telah melakukan penyelidikan epidemiologi ke rumah pasien meninggal dunia karena DBD. Lami akan melakukan gotong-royong kembali seperti tahun-tahun sebelumnya dalam mencegah DBD," ujar Annisa Nur Intan. (u1)

Edukasi Masyarakat
MITIGASI dan pencegahan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) kian dioptimalkan di Kabupaten Bangka Selatan. Caranya dengan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) sekaligus penaburan bubuk larvasida alias abate. Langkah tersebut dilakukan imbas satu orang anak-anak dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit karena DBD.

Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Toboali, dr Annisa Nur Intan mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi di rumah pasien yang dinyatakan meninggal dunia akibat DBD di Dusun Sukadamai, Kelurahan Tanjung Ketapang. Hasilnya 90 persen ditemukan jentik nyamuk penyebab DBD di sekitar lokasi rumah tetangga korban. Rata-rata nyamuk tersebut berkembang biak di tempat maupun wadah penampungan air milik warga.

"Hampir 90 persen ditemukan adanya jentik di dalam penampungan air," ujar Annisa Nur Intan, Selasa (4/2).

Menurutnya, penyelidikan epidemiologi DBD merupakan kegiatan yang dilakukan petugas kesehatan untuk melacak kasus DBD. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved