Berita Pangkalpinang
DLH Pangkalpinang Dorong Warga Budi Daya Maggot untuk Mengurangi Sampah Organik
Maggot dianggap mampu mengurangi sampah organik secara drastis apabila dibudi daya secara masif.
PANGKALPINANG, BABEL NEWS - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pangkalpinang mendorong masyarakat untuk melakukan budi daya maggot, baik berskala kecil seperti skala rumahan maupun untuk bisnis.
Maggot dianggap mampu mengurangi sampah organik secara drastis apabila dibudi daya secara masif.
Subkoordinator Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Pangkalpinang, Yusliriadi, menyebut, saat ini hanya ada satu kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang instens membudidayakan maggot di Pangkalpinang.
Kelompok swadaya masyarakat itu bernama Sahabat Farm yang berlokasi di Kecamatan Girimaya.
Sahabat Farm sudah mempunyai surat keputusan (SK) resmi sebagai fasilitasi guna memudahkan intervensi apabila ada pemberian bantuan dari pemerintah daerah maupun corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan.
“Jadi di Sahabat Farm itu mampu menyerap sekitar 300-500 kilogram sampah organik setiap harinya untuk pakan maggot,” kata Yusli, sapaan akrab Yusliriadi, Kamis (17/7/2025).
Yusli menyebut, jika makin banyak pihak yang membudidayakan maggot, termasuk sekalipun rumah tangga, dirinya optimistis mampu mengurangi jumlah sampah organik di Pangkalpinang.
“Apalagi kalau banyak komunitas atau kelompok-kelompok seperti KSM itu, sampah organik ini tidak ada sampai dibawa lagi ke TPA (tempat pembuangan akhir),” ujar Yusli.
Namun pada realitasnya, kata Yusli, sulit untuk meyakinkan dan mengajak masyarakat berkecimpung dalam budi daya maggot.
Dia mengaku, pihaknya telah berulang kali menggelar sosialisasi dan bertemu masyarakat untuk membahas budi daya maggot tersebut.
Tantangannya, sebagian besar masyarakat menganggap bahwa budi daya maggot hanya pilihan terakhir dalam pemanfaatan sampah organik.
“Kita sering mengajak pak Didik (ketua KSM Sahabat Farm-red) sebagai narasumber untuk mengajarkan kepada masyarakat tentang maggot ini. Namun, kebanyakan dari masyarakat yang mencoba ternak dan budi daya maggot ini hanya berlangsung sesaat dan tidak berjalan lama,” tutur Yusli.
“Sedikit masyarakat kita yang mau berkecimpung dengan sampah. Ada yang berhubungan dengan sampah, itu pun biasanya memilih yang sampah kering-kering saja kayak sampah non-organik. Lalu, jika pun ada yang mau berkecimpung dengan sampah basah atau sampah organik, kebanyakan masyarakat memilih untuk mengolahnya menjadi pupuk kompos. Maggot ini anggapan masyarakat adalah pilihan yang terakhir, terakhir, terakhir,” sambungnya.
Padahal menurut Yusli, pengolahan sampah organik yang paling cepat adalah dengan menggunakan maggot. Sebab, semua jenis sampah organik, termasuk sampah sisa makanan rumah tangga, bisa diurai oleh maggot.
Hasil dari budi daya maggotnya pun bisa dijual, mulai dari maggot itu sendiri, kasgot (bekas kotoran maggot) hingga telur dan larvanya pun bernilai rupiah.
“Apalagi maggot ini kan produknya bisa digunakan untuk ternak lain, misalnya jadi pakan untuk budi daya lele atau bisa juga jadi pakan ayam ternak,” ujar Yusli. (u2)
FOBI Babel Resmi Jadi Anggota KONI, Me Hoa Siap Raih Prestasi Harumkan Negeri Serumpun Sebalai |
![]() |
---|
Pemkot Pangkalpinang Usulkan 9 Raperda Masuk Propemperda 2026 |
![]() |
---|
Penyusunan Ripparprov Babel 2025–2045, Durasi Tinggal Wisatawan Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Asrama Mahasiswa Babel di Malang Diresmikan, Sadiri: Semuanya Digratiskan |
![]() |
---|
15.925 Orang di Pangkalpinang Sudah Terlayani MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.