Berita Pangkalpinang

Kasus Kekerasan pada Perempuan di Pangkalpinang Berpotensi Lebih Tinggi

Selain faktor ekonomi dan budaya, tingkat pendidikan yang rendah juga berkontribusi terhadap tingginya angka kekerasan.

Editor: suhendri
bangkapos.com
Dosen Prodi Psikologi IAIN SAS Babel, Wahyu Kurniawan. 

Pertama, meningkatkan ekonomi kreatif. Hal ini mendorong masyarakat untuk lebih mandiri secara ekonomi agar tidak terjadi ketergantungan finansial yang memicu konflik rumah tangga.

Kedua, edukasi parenting, yakni memberikan pemahaman kepada orang tua tentang pola asuh yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Ketiga, kesetaraan gender. Sosialisasi mengenai kesetaraan gender perlu dilakukan agar perempuan tidak lagi dianggap sebagai pihak yang harus tunduk dalam rumah tangga.

Keempat, penguatan fungsi keluarga, yakni meningkatkan peran keluarga dalam membangun komunikasi yang sehat dan mendukung satu sama lain.

Kelima, peran lingkungan sekitar. Masyarakat sekitar harus aktif dalam mencegah kekerasan domestik, termasuk dengan memberikan pendampingan bagi korban.

Keenam, edukasi tentang kekerasan. Perempuan dan anak perlu diberikan pemahaman tentang jenis-jenis kekerasan serta langkah yang harus diambil jika mengalami atau menyaksikan tindakan tersebut.

"Penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Kesadaran kolektif harus dibangun agar lingkungan kita bisa lebih aman bagi perempuan dan anak. Jika kita membiarkan kekerasan terus terjadi, maka dampaknya akan makin luas, tidak hanya bagi korban, tetapi juga generasi mendatang," tutur Wahyu. (t2)

Sumber: Bangka Pos
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved